ORAMI Kulwap X Ruang Tumbuh : Jalin Komunikasi Efektif dengan Anak
Untuk KulWap hari ini Orami x Ruang Tumbuh dengan tema Jalin Komunikasi Efektif Dengan Anak yang akan di bawakan oleh Mba Fania Kusharyani, M.Psi
Halo selamat siang moms, gimana kabarnya? semoga semua dalam keadaan sehat yaa
Salam kenal ya moms, aku Fania Kusharyani, psikolog anak dan remaja yang saat ini berpraktek di Ruang Tumbuh di daerah Pinang Raya, Pondok Labu
Oke, kita mulai yaa materinya. semoga pada semangat untuk sharing dan diskusi yaa hari ini
Hari ini kita mau membahas tentang komunikasi efektif bersama anak. Apa sih bedanya komunikasi efektif dengan komunikasi biasa? Apakah setiap kali kita ngobrol, melakukan komunikasi sama orang lain, sudah pasti itu adalah komunikasi efektif?
Nah ternyata belum tentu. Komunikasi baru dapat dikatakan efektif jika pesan dapat diterima dan dipahami sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Kemudian oleh si penerima pesan (pihak yg kita ajak ngobrol), pesan tersebut ditindaklanjuti dengan perilaku yang dilakukan secara sukarela. Nah makanya suatu komunikasi dapat dikatakan efektif kalau hasil dari obrolan atau komunikasi yg kita lakukan ini meningkatkan kualitas hubungan antar kedua belah pihak. Karena kedua belah pihak sama2 merasa didengar, diterima, dimengerti, dihargai, sehingga terpenuhilah kebutuhan masing-masing pihak dalam berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi dengan anak, ada prinsip2 yg harus kita ingat baik2.
Pertama, saat memberikan informasi, pastikan bahwa informasi yg kita berikan kepada mereka adalah informasi yg benar, yg sesuai dengan ajaran agama dan juga norma sosial yg berlaku di masyarakat.
Yg kedua adalah komunikasi yg terjalin haruslah dilakukan dengan menyenangkan. Kenapa? Karena ketika komunikasi yg dilakukan menyenangkan, maka informasi akan diserap oleh otak bagian depan (prefrontal cortex), yg berperan dalam membentuk kepribadian dan perilaku sosial manusia. Sedangkan ketika komunikasi dilakukan secara tidak menyenangkan, maka informasi yg disampaikan hanya akan masuk ke bagian batang otak yg akan memberikan respon fight atau flight terhadap suatu situasi yg dihadapi
Selain itu kenapa kita perlu melakukan komunikasi efektif dengan anak? Berikut beberapa manfaatnya:
- Membentuk persepsi dan pandangan anak tentang diri mereka berdasarkan dari bagaimana orangtua berkomunikasi dengan mereka.
- Meningkatkan kepercayaan diri dan self-esteem anak karena mereka merasa orangtua memahami dan mendengarkan mereka.
- Belajar bagaimana cara untuk berkomunikasi secara tepat dengan melihat contoh dari komunikasi yang dilakukan oleh orangtua
- Anak jadi mengetahui dan memahami harapan yang dimiliki orangtua terhadap mereka, sehingga mereka pun cenderung akan berperilaku sesuai dengan harapan tersebut, begitu juga sebaliknya.
Berikut ini adalah beberapa kekeliruan yg biasanya terjadi dalam komunikasi:
• Tidak mempertimbangan usia dan perkembangan anak
• Tidak memperhatikan bahasa tubuh dan perasaan anak
• Menyampaikan informasi yang tidak benar
• Tidak fokus terhadap pembicaraan yang sedang dilakukan
• Komunikasi satu arah
• Menggunakan emosi dalam berkomunikasi dengan anak
• Tidak memperhatikan waktu
• Melakukan komunikasi dengan cara-cara yang tidak tepat. Contoh: bersikap menyalahkan/menuduh, melabel, mengancam, memerintah, menasehati/menggurui, mengkritik, mengancam, membandingkan, dsb.
Oleh karena itu berikut ini beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai orangtua agar dapat menjalin komunikasi yg efektif dengan anak:
1) Mulai membiasakan komunikasi efektif bersama anak sejak kecil
Sebelum orangtua dan anak dapat berkomunikasi secara efektif, keduanya terlebih dahulu harus terbiasa dan merasa nyaman untuk saling berkomunikasi. Hal ini dapat dimulai orangtua dengan membiasakan melakukan komunikasi secara terbuka sejak anak belum dapat berbicara.
Cara-cara yg dapat dilakukan seperti yg tertera pada infografis berikut ini ya
Selain itu ketika anak sudah mulai bisa bicara, orangtua dapat membiasakan diri untuk memberikan waktu dan perhatian penuh kepada anak saat anak memiliki pertanyaan atau ingin berbicara. Hal ini menjadi penting karena orangtua yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya dan juga menunjukkan penerimaan serta pengertian terhadap apa yang dikemukakan anak, akan menciptakan lingkungan yang memicu terciptanya komunikasi terbuka dalam keluarga
2) Aware terhadap kondisi emosi dan pikiran yang kita miliki saat akan melakukan komunikasi dengan anak
Sebelum melakukan komunikasi dengan anak, terlebih dahulu diharapkan kita dapat memenuhi atau berdamai dengan kebutuhan yg kita miliki. Hal ini agar kita dapat lebih aware terhadap kebutuhan anak sehingga komunikasi yang dilakukan pun dapat dilakukan secara lebih efektif.
Contohnya adalah seorang ibu menyadari kalau ia sedang merasa kelelahan karena baru selesai mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu sang ibu mencoba untuk beristirahat/menenangkan diri terlebih dahulu sebelum melakukan komunikasi dengan anaknya.
3) Menyesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki anak
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu penting sekali untuk menyesuaikan cara komunikasi yang kita lakukan dengan dengan karakteristik yang dimiliki anak. Misalnya untuk anak perempuan, kebutuhan mereka untuk berbicara lebih besar sehingga kita sebagai orangtua perlu memberikan kesempatan mereka untuk mengekspresikan perasaannya dalam bentuk bahasa secara lebih banyak. Namun untuk anak laki-laki biasanya lebih sulit untuk mengekspresikan perasaannya dalam bentuk bahasa sehingga kita pun sebaiknya tidak memaksa anak untuk banyak bercerita.
Selain itu saat kita melakukan komunikasi dengan anak, penting sekali untuk turun ke level yang sesuai dengan anak, baik secara verbal maupun secara fisik.
Secara verbal, kita sebaiknya mencoba untuk menggunakan bahasa (kata-kata) yang sesuai dengan usia dan pemahaman anak sehingga anak dapat lebih mudah untuk memahaminya.
Secara fisik, posisi tubuh kita pun dapat menentukan apakah anak merasa nyaman atau tidak mengobrol dengan kita. Ketika anak nyaman, ia akan lebih mudah terbuka dalam bercerita serta menerima dan mengikuti apa yang kita sampaikan. Saat berbicara, kita sebaiknya memposisikan tubuh mereka sesuai dengan level anak, baik dengan cara berlutut, duduk, membungkuk, dsb. Hal ini akan membuat kontak mata lebih mudah untuk dipertahankan dan anak-anak pun cenderung tidak merasa terintimidasi oleh kita. Posisi tubuh juga dapat disesuaikan dengan tujuan komunikasi yang dilakukan. Contoh: ketika ingin melakukan obrolan ringan dengan anak, dapat melakukannya dengan cara posisi duduk berhadapan. Namun ketika misalnya cerita yang ingin disampaikan bersifat serius, mengorek informasi, sebaiknya posisi duduk yang dilakukan bersebelahan atau posisi duduk L.
4) Peka terhadap bahasa tubuh
Bahasa tubuh seringkali menyampaikan makna yang lebih tepat dibandingkan dengan kata-kata. Dengan memperhatikan bahasa tubuh anak, kita dapat mengetahui keinginan atau kebutuhan sebenarnya yang dimiliki anak pada saat itu. Selain harus memperhatikan bahasa tubuh anak, kita juga harus aware terhadap bahasa tubuh yang kita tampilkan. Usahakan untuk menyesuaikan bahasa tubuh yang kita tampilkan dengan ucapan yang disampaikan serta dengan kondisi emosi anak.
Contoh dari bahasa tubuh adalah ekspresi wajah, intonasi dan volume suara, gerakan tubuh, dsb.
5) Kenali dan pahami perasaan anak
Jadi terdapat hubungan antara kondisi emosi dengan perilaku yang tunjukkan anak. Saat anak merasakan perasaan nyaman, mereka akan lebih mudah untuk diarahkan dan menerima informasi yang disampaikan. Sebaliknya, ketika kita mengabaikan perasaan yang dimiliki anak, maka akan sulit untuk membuat anak mau berkomunikasi dan bekerja sama. Langkah yang dapat dilakukan dalam memahami perasaan anak adalah:
1) Dengarkan dengan penuh perhatian.
2) Akui perasaan mereka dengan memberikan respon dalam bentuk kata-kata seperti , “oh”….”Mmm”…”ya” Contoh: “Iya ya dek, hari pertama sekolah rasanya cukup menakutkan ya. Rasanya jadi kaya deg-degan ya di sini? (sambil menunjuk dada)”
3) Berikan nama pada emosi yg dirasakan anak.
4) Berikan keinginan mereka dalam bentuk sebuah fantasi. Contoh: “Coba aja ya kita punya pintu kemana saja kaya Doraemon jadi kita bisa pergi-pergi sepuasnya ya nak”
6) Melakukan teknik mendengar aktif (aktive listening)
Teknik mendengar aktif dilakukan untuk membantu anak mengenali, menerima, memahami, dan menyadari akan perasaan dan ide yang dimilikinya. Ketika anak mengenali perasaannya dan juga apa yang sebetulnya ia inginkan, anak akan lebih mudah menemukan cara untuk mengatasi perasaan dan menyelesaikan masalah yang dialaminya. Selain itu anak juga akan belajar untuk mengekspresikan perasaan yang dimilikinya secara tepat. Melalui teknik mendengar aktif, orangtua memberikan contoh kepada anak sikap peduli dan memahami orang lain sehingga anak pun akan belajar cara untuk menunjukkan penghargaan terhadap apa yang orang lain rasakan.
Langkah-langkah dalam melakukan teknik mendengar aktif:
• Sesuaikan bahasa tubuh dengan lawan bicara
• Berikan perhatian penuh terhadap lawan bicara dan hindari distraksi
• Lakukan kontak mata terhadap lawan bicara
• Dengarkan apa yang disampaikan anak sampai dengan selesai sambil memperhatikan bahasa tubuhnya
• Refleksikan kembali perasaan atau ide yang dikemukakan anak dalam kalimat yg lebih sederhana. Cari kata untuk menggambarkan perasaan atau ide anak.
Dapat menggunakan rumus:
Kamu…………..(perasaan) karena…………..(alasan)
Contoh: “oh iya... adek sedih karena sekarang engga bisa main sama temen-temen ya”
7) Berkomunikasi dengan menggunakan I-message
I-message dapat membantu seseorang untuk mengkomunikasikan kebutuhan, harapan, pikiran atau perasaannya tanpa membuat lawan bicara merasa bersalah, tersudut, atau terancam. Penggunaan I-message pada anak dapat membantu anak membedakan antara dirinya secara pribadi dengan perilaku yang ditampilkannya sehingga hal tersebut tidak akan mengganggu harga diri anak.
Berikut ini merupakan hal-hal penting dalam melakukan I-message
Contoh percakapan dengan menggunakan I-message:
"Ibu merasa khawatir kalau adek terus berteriak-teriak seperti itu soalnya nanti tenggorokan adek bisa terasa sakit, nak. Ibu kan tidak ingin anak ibu menjadi sakit. Sudah ya sayang, coba yuk bilang pelan-pelan adek mau apa?"
I-message juga bisa digunakan untuk mengekspresikan emosi positif yang orangtua rasakan.
Contoh: Ibu merasa senang sekali tadi kakak membantu ibu membereskan rumah.
8) Mengarahkan dengan bertanya, bukan berbicara
Dibandingkan dengan banyak menyampaikan pesan atau nasehat, kita sebaiknya lebih banyak menggunakan kalimat bertanya pada anak. Pertanyaan yang dipilih dapat berupa pertanyaan alternatif yang bertujuan untuk mengarahkan perilaku anak, ataupun pertanyaan yang bersifat terbuka dengan melibatkan 5W1H.
Contoh pertanyaan alternatif:
“Adek mau mandi sekarang atau mau makan dulu?”
Contoh pertanyaan terbuka:
“hmm…jadi menurut kakak kalau kaya gitu sebaiknya apa yang kakak lakukan?”
9) Lakukan percakapan dengan kalimat yang jelas dan singkat, serta follow the child
Untuk anak-anak yang berusia lebih kecil, sebaiknya kita tidak menyampaikan informasi lebih dari 30 detik. Jadi setelah kita selesai memberikan pendapat, kita bisa memberikan pertanyaan atau meminta anak untuk menyampaikan pendapatnya berdasarkan atas apa yang sudah disampaikan. Contoh: “Jadi setelah bermain mobil-mobilan apa yang adek lakukan?”
Selain itu orangtua sebaiknya mengikuti tanda-tanda yang ditunjukkan anak, seperti apakah anak terlihat nyaman, ingin menyudahi pembicaraan, atau masih ingin mengemukakan pendapatnya.
Baik, materi sudah disampaikan semuanya.
QnA..
Pertanyaan 1
Selamat siang dokter Fania Kusharyani, M.Psi
Nama : Amalia Husna
Domisili : Kota Tangerang selatan
Pertanyaan nya :
1. *Masa pandemi yang masih berlangsung menimbulkan beberapa perubahan yang berdampak dalam hidup kita, termasuk juga ke kehidupan anak-anak. Salah satunya adalah emosi negatif yang kerap muncul pada diri anak. Adakah cara yang dapat saya lakukan dalam membantu anak untuk mengurangi emosi negatif tersebut dok,?*
2. *Bagaimana cara nya menjalin komunikasi yang baik dan efekutif, agar dapat dipahami untuk anak yang umur dibawah 2 tahun?*
3. *Adakah Hal-hal yang harus dihindari dalam berkomunikasi,?*
Terima kasih π
Selama siang Ibu Amalia
1). untuk pertanyaan pertama apa yg bisa dilakukan untuk membantu anak mengatasi emosi negatifnya di masa pandemi ini, yg pertama adalah kita harus pahami bahwa pandemi yg saat ini terjadi pastilah tidak mudah untuk semua orang. tidak hanya anak, tapi juga orangtua. Untuk itu sebagai orangtua, sebelum membantu anak mengatasi emosi negatifnya, pastikan dulu orangtua juga merasa tenang dengan dirinya dan situasi yg terjadi saat ini. Jadi ibu dan bapak juga diharapkan bisa menenangkan diri terlebih dahulu. Aware dengan emosi atau pikiran apa sih yg sedang kita rasakan? setelah kita tau dan kita penuhi kebutuhan kita maka kita bisa membantu anak dengan lebih baik. Cara yg dapat dilakukan seperti pada poin no. 5 ya bu. Jadi kita harus menerima dulu perasaan yg anak rasakan. *ingat tapi menerima bukan berarti menyetujui ya*
kenapa menerima perasaan anak itu penting? karena seringkali anak hanya butuh orang lain untuk memahami apa yg mereka rasakan.
Jadi setelah kita mengakui perasaan itu, kita label emosi yg mereka rasakan (bdsk penelitian, labelling emosi dapat membantu anak untuk lebih tenang karena mereka jadi tahu suatu perasaan yg abstrak ini ternyata ada namanya toh), lalu kita bantu anak untuk cari cara lain yg lebih bisa diterima lingkungan untuk mengekspresikan emosinya. Jadi terima perasaannya, tapi tidak perilakunya. contoh: "iya nak, adek kesel ya karena engga boleh nonton lagi. Tapi tetap sayang, waktunya sudah habis. sekarang coba yuk kita tenangkan diri dulu, adek mau dipeluk supaya lebih tenang?" bisa seperti itu contohnya
2) untuk anak di bawah 2 tahun, sesuai dengan yg ada di infografis ya ibu. tapi intinya adalah anak2 di usia ini kemampuan bahasanya masih terbatas jd usahakan saat berbicara tidak dengan kalimat yg panjang, kosa kata juga disesuaikan dengan usia anak, dan anak di usia sudah mulai memiliki keinginan untuk punya autonomy sendiri, engga pengen banyak diatur2. Jadi triknya jangan terlalu banyak melarang, tapi coba beri alternatif dari 2 hal yg sebenernya boleh mereka lakukan.
3) tadi sudah dibahas di point 6 yaa
Pertanyaan 2
Mia - Bandung
Makasih sharing ilmunya Mba Fania ☺️ Seneng bgt bisa sharing ttg mslh komunikasi anak disertai contoh2nya juga.
1. Bagaimana cara mengarahkan anak yang setiap dikasihtahu orangtuanya ga langsung nurut? mungkin kebanyakan orgtua malah menganggapnya membantah.
2. Dalam sehari baiknya apa yg hrs dilakukan antara anak dan orgtua agar bisa terjalin komunikasi yg lebih intim sedangkan kedua orgtuanya sama2 sibuk bekerja?
3. Bagaimana cara mengatasi anak2 yg sudah lewat usia toddler tp kalau nangis tidak mau divalidasi, masih mengamuk dan tidak mau mendengarkan atau menjawab dgn baik maunya apa.
Halo ibu Mia, rasanya pengen ya bu kalau kita minta sesuatu langsung diturutin sama anak. hehe tapi kalau misalnya anak ga langsung nurut sebetulnya ada sisi positifnya juga, berarti anaknya teguh pendiriannya, ga gampang dipengaruhi orang. nah mungkin itu yg pertama harus diingat, mindsetnya coba kita ubah dahulu. kemudian mungkin caranya bisa dengan tidak langsung ngasih tau, tapi ajak ngobrol dulu. Berikan kesempatan sama dia pendapatnya seperti apa, menurut dia bagaimana. dari diskusi-diskusi ini akan membantu meningkatkan kedekatan hub antara orangtua dan anak sehingga akhirnya komunikasi juga bisa berjalan dengan lebih efektif.
2) sehari2 bisa dimulai dengan orangtua yg cerita pengalamannya sehari2. apa yg dialami orangtua di kantor atau dalam perjalanan, apa yg menarik, lalu bisa juga tanyakan sebaliknya sama anak, "kalau kamu apa yg dirasakan menarik di hari ini dek?" misalnya seperti itu. Lalu walaupun di kantor, tapi tetap usahakan berkomunikasi dengan anak dengan menelfon atau video call sehingga akan membuat hubungan kita dengan anak juga semakin dekat.
3). terkadang ada anak2 yg seperti itu memang bu. kalau sudah seperti itu tidak apa2 berikan mereka waktu untuk mengekspresikan emosinya. Tapi tetap ingatkan batasannya yaitu tidak menyakiti diri sendiri, orang lain, dan juga tidak merusak benda. Ketika mereka mengekspresikan emosinya, pastikan mereka tahu kalau kita ada bersama mereka dan jika mereka sudah tenang lalu baru kita ajak mengobrol tentang emosi yg dirasakan. Jadi diajak mengobrolnya jangan pada saat lagi emosi karena pada saat ini anak sedang tidak dapat memberikan perhatian kepada apa yg kita bicarakan. Cara mengobrolnya bisa dengan cara2 yg sudah disampaikan untuk melakukan komunikasi efektif
Pertanyaan 3
Erika Rani - Sragen
Saat ini anak saya sudah berusia 11 bulan 3 minggu. Baru bisa bicara ayah. Mbah. Hua (bunda). Tapi selama ini dia mengerti apa yang orang lain bicarakan. Misalnya tolong berikan ini ke ayah. Langsung dilakuin...
Pertanyaan saya, bagaimana cara meningkatkan bahasa anak saya agar bisa menambah kosa kata yang ia bisa..
Selama ini saya hanya mengajaknya bicara berulang ulang dan kadang bercerita saja. Terimakasih jawabannya..
untuk menambah kosa kata banyak yg bisa dilakukan seperti membaca cerita, bernyanyi, lalu ketika anak ngomong sesuatu kita beri perhatian dan berikan respon dengan mengulang kata yg anak sebutkan atau keinginan yg ia maksud dalam bentuk kata yg lebih panjang tapi tetap sesuai untuk seusianya. Contoh: Anak mengatakan “Tutu.” Kemudian orangtua bisa mengatakan, “Adek mau susu ya. Sebentar mama ambilkan.” atau misalnya lagi pergi anak menunjuk kucing, lalu kita bisa gunakan momen itu untuk stimulasi bahasanya misalnya dengan bilang, "ada kucing ya nak. Liat nih kucingnya warna hitam. kecil ya.." terus berhenti liat respon anak, terus misalnya bisa kita lanjutkan, "gimana sih suaranya kucing? menong meong ya.."
Jadi untuk anak usia ini kita ikuti anak sedang tertarik apa lalu kita gunakan momen itu untuk stimulasi bahasa dengan cara2 yg juga sudah disampaikan di infografis tadi ya bu
Pertanyaan 4
Lastri - Bandung
Anak pertama saya usianya 5 thn, kadang kalo pulang dari mesjid selepas Isya, suka marah-marah, ditanya kenapa ga jawab, ya udh saya biarin dulu sampe marahnya reda. Trus sempat saya tanya, marah nya udah? Boleh ibu tau aa kenapa marah? Tetep ga jawab,bahkan sampe ia tidur. Alhasil tidurnya ga lelap, motah dan kadang nangis. Boleh minta sarannya apa yang sebaiknya saya lakukan? Kalo diajak ngobrol besoknya, seperti biasa dia mau berbagi. Tapi kan keinginan saya sebenarnya, bisa selesai sbelum dia tidur, biar tidurnya lelap, seperti itu.
Terimakasih sebelumnya
Halo ibu Lastri
Kalau misalnya anaknya belum siap untuk diajak bicara secara verbal (dalam kata2) tentang apa yg terjadi tidak apa2 ibu. Kadang memang kita juga membutuhkan waktu untuk mencerna apa yg terjadi. Tapi dengan cara ibu sudah bertanya kepada anak, sudah membuat anak tahu bahwa ibu peduli dengan dia. Nah supaya emosinya bisa sedikit lebih lepas, bisa dikomunikasikan melalui gambar. Jadi misalnya ibu bilang, ya udah gpp kalau misalnya Aa belum siap untuk ngomong sama ibu. Kita coba sambil gambar aja yuk" Jadi bisa untuk meredakan emosi, disalurkan juga melalui gambar. misalnya anak yg gambar atau ibu yg gambar. dari gambar itu bisa mulai ngobrol, bisa terkait dengan masalahnya saat itu atau kalau anak belum mau bicara gpp diajak ngobrol yg lain. pokoknya sesiapnya anak saja
Pertanyaan 5
Ayu - Bandar Lampung
Terimakasih Mba Fania untuk ilmu luar biasanya π
Saya ingin bertanya mba.. selama ini saya klo mau mnta anak saya (3th) melakukan sesuatu selalu negosiasi dgn pilihan.. misalnya : Abang mandi nya mau dipaksa atau baik baik? atau Beresin mainan nya mau umi bantu atau sendiri?
Sudah benarkah itu?
Saya juga sudah membiasakan menggunakan I-message, tp anak saya saat ini sering sekali protes/menangkal..
Misalnya : abang jalan aja, klo lari bisa jatuh, jatuh itu sakiit.. umi sedih klo abang sakit.. dia jawabnya "gakpapa umar jatuh, gapapa umar sakit, gapapa umi sedih" gitu gitu lah mba..
Saya suka bingung, klo udh gt saya diam aja malah kadang "yaudah gmn abang aja" trs tinggalin dia..
Terimakasih..
Wah ibu Ayu, sudah hebat sekali bu.. Tapi terkadang suka ada moment2 seperti ini ya bu yg membuat kita sebagai orangtua jadi bingung harus bagaimana. Gapapa ibu tetap semangat!
untuk negosiasi, memang dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pilihan. pilihan yg diberikan sebaiknya juga pilihan2 yg memang kita ingin lakukan atau memang sebaiknya dilakukan anak. Karena kalau misalnya pilihannya adalah sesuatu yg sebenarnya kita tidak mau lakukan/tidak baik dilakukan, nanti ketika anaknya menantang dengan memilih pilihan tsb, akan jadi bumerang untuk kita. Akhirnya nanti tidak kita lakukan/tidak sesuai dengan yg anak pilih, jadi anak juga akan menganggap bawah apa yg dikatakan ibu menjadi kurang bermakna bagi mereka.
Lalu untuk I-message sudah baik ibu, tidak apa2. anak2 usia 3 tahun karena kemampuan bahasanya sudah mulai berkembang dan keinginan untuk mandirinya juga sedang tinggi2nya, jadi terkadang memang akhirnya sengaja seperti tidak langsung menuruti. Jadi kalau misalnya anak menjawab seperti itu kita bisa mengajak ngobrol lagi, "bener abang gpp kalau jatuh? nanti kalau berdarah bagaimana bang?" lalu misalnya kita ajak berfantasi atau kira-kiranya akan seperti apa. Sambil santai mengobrolnya dan kadang juga kalau mood anak lagi baik bisa sambil diajak bercanda. Jadi untuk anak 3 tahun bisa seperti itu ya bu
Pertanyaan 6
Anita - Bekasi
Siang mam..π
** Bagaimana pola asuh terbaik, Yang paling Sederhana untuk anak, baik di bagian suami maupun ibu?
Karna pastinya Cara mengasuh ayah & bunda berbeda.
Anak saya 18 thn & adiknya 13thn (Disabilitas) fisik,
Jg 4,5thn tingkah laku anak anak berbeda satu dengan yg lainnya.
*Dan kapan kita tahu, apa anak anak kita sdh merasa Kita adil dlm Mengelola pola asuh dirumah ?
Terimakasih
☘️Salam Sehatπ
Halo bu anita, untuk pola asuh sebetulnya bagaimanapun disesuaikan dengan karakteristik anak. Karena bisa jadi anak yg satu bisa dengan cara dikasih tau sekali tapi anak yg lain perlu untuk diingatkan berkali2. Bisa jadi anak yg satu memang butuh banyak diberi batasan, sementara anak yg lain mungkin mereka lebih membutuhkan banyak kesempatan untuk mencoba. Tapi apapun itu, pastikan visi dan misi antara ibu dan suami dalam membesarkan anak sama. Lalu tetap pastikan apapun caranya, lakukan hal-hal yg memang terbukti memiliki dampak yg positif untuk perkembangan mereka.
Kapan kita tahu biasanya kalau anak secara tidak langsung menunjukkan lewat perilaku sehari2 atau celotehan mereka. atau bisa juga dengan cara kita tanya langsung sama anak kita, pada saat mengobrol santai, dari hati ke hati. Bisa tanyakan, adek menurut adek mama bagaimana sih? Lalu mengalir dari situ.. Pastikan juga bahasa tubuh kita santai, intonasi dan volume suara juga netral supaya anka tidak merasa terancam untuk menyatakan pendapatnya
Pertanyaan 7
Ayu - pasuruan
Anak saya 2.5 taun, alhamdulillah saya sudah menerapkan komunikasi efektif yang mba fania jelaskan
Dan dy juga sudah bisa mengenal emosinya, misal dy lagi sedih, lagi seneng
Nah dengan komunikasi efektif itu menurut saya yg membuat anak saya tidak pernah tantrum
Apa betul demikian atau malah memang sebenernya belum waktunya tantrum saja ya?
ALhamdulillah ibu. Anak usia 2.5 tahun biasanya sudah mulai tantrumnya, jadi kalau misalnya ibu merasa skrg kok anaknya ga pernah tantrum ya, bisa jadi memang itu karena pengasuhan, terutama cara komunikasi yang sudah dilakukan dan dibiasakan ibu dengan anak saat ini. selamat ya bu π
Pertanyaan 8
Fenidha - Jombang -
1. Bagaimana caranya mengajak bicara todler 17 bulan yang lagi tantrum nangis kejer karena menginginkan sesuatu tapi orang tua tidak tau maksudnya? Contoh : habis mandi, dipakai pempers atau dipakai baju dia nangis.
2. Contoh mengekspresikan emosi positive itu apa saja?
iya ibu, anak2 si usia ini seringkali sulit untuk kita mengerti maksudnya apa karena masih adanya keterbatasan dalam perkembangan bahasa. Kalau seperti itu kita coba reka ulang kira-kira sebelum dia nangis apa ya yang terjadi? biasanya hal itu yg menjadi alasan anak menangis. Kemudian kita tetap perlu memberi label emosinya dengan misalnya mengatakan, "adek nangis karena engga mau mandi ya? adek sebel soalnya dingin? aduh kasian anak mama, yuk sini sini kita pakai baju terus kita minum susu ya" atau kegiatan apapun untuk mengalihkan perhatian anak. Anak di usia ini masih membutuhkan cara distraksi untuk meredakan tantrumnya.
Pertanyaan 9
Rissa - Tangsel
Pertanyaan :
1. Pada anak usia toddler respon fight or flight itu seperti apa ya? Kalau dg tantrum, atau rengekan termasuk gak?. Lalu kalau sudah kejadian anak memberikan respon seperti itu krn cara komunikasi yg salah, orang tua harus bagaimana?
2. saya masih bingung membedakan antara mengancam dg memberitahu sebab-akibat dr perbuatan yg anak lakukan. Misal, kalau anak gak mau makan pas dia lagi nonton sambil makan (anak yg minta makan tapi sambil nonton tv/main), biasanya saya akan bilang nanti kalau nasinya gak disuap/cuma diemut2 tv/mainannya akan diambil lagi. Apa itu termasuk ancaman?
3. Adakah tips komunikasi untuk mengatasi anak dg sibling rival? Kakak yg 4th, sering sekali menyakiti adik yg 2thn jika kesal dg adiknya
1). Iya ibu, tantrum atau rengekan bisa menjadi respon fight yg ditunjukkan anak. Jika sudah demikian, kita bisa menggunakan cara komunikasi efektif yg pahami perasaan anak, active listening, dan I-message untuk memperbaiki komunikasi yg terjadi.
Kalau mengancam itu adalah sesuatu yg dilakukan untuk menakuti anak dengan harapan anak menuruti apa yg kita sampaikan. Lalu kalau mengancam biasanya hanya berupa ancaman, tapi seringkali tidak dilakukan karena orangtua juga sebetulnya tidak ingin melakukan hal tersebut (contoh: ditinggal sendirian). Jadi sebaiknya dibandingkan dengan mengancam, kita buat kesepakatan terlebih dahulu sebelum memulai seusatu dengan anak. contohnya untuk kasus makan, sebelum kegiatan makan kita bilang sama anak, "dek sekarang makan dulu ya. oke boleh deh sambil nntn, tapi nanti kalau nanti adek makannya lama, diemut, nasinya engga disuap, TV nya mama matikan ya supaya adek fokus makannya."
Jadi kalau sebelumnya anak sudah dibuat kesepakatan, dia tau nih harapan orangtua apa, jd dia bisa bersikap sesuai dengan harapan orangtua. Dan ketika tidak sesuai dengan kesepakatan, maka akan lebih mudah dan damai juga untuk akhirnya melakukan tindakan yg sebetulnya harapan kita sih ga usah kita lakukan
3). Untuk sibilng rival, kita perlu memahami dan berempati dengan perasaan si kakak juga. berbagi perhatian dan kasih sayang orangtua dengan orang lain pastinya kan tidak mudah. untuk itu selain melakukan cara komunikasi dengan komunikasi efektif, juga berikan waktu khusus untuk masing2 anak mengahbiskan waktu dengan ayah dan juga ibu. jadi sediakan waktu ngedate sama masing2 anak ya bu
___________________________________________________________
kesimpulannya adalah komunikasi efektif merupakan salah satu faktor penting agar pengasuhan anak dapat dilakukan dengan baik dan terasa menyenangkan. Dengan adanya komunikasi efektif, orangtua dan anak sama-sama akan merasakan perasaan positif dalam berkomunikasi karena apa yang disampaikan dapat dipahami dan diterima oleh lawan bicara. Komunikasi efektif dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut sebetulnya tidak sulit namun membutuhkan latihan berulang kali agar kita sebagai orangtua dapat terbiasa untuk melakukannya bersama anak. Kalau aku pribadi sebagai orangtua ketika mendapati situasi yg membingungkan, hal yang biasanya dapat membantu adalah mencoba memposisikan diri kita sebagai anak. Kira-kira apa yg kita rasakan, inginkan, harapkan dari orangtua agar dapat merasa lebih nyaman. Dari situ kita akan dapat lebih memahami dan tahu apa yang sebaiknya kita lakukan bersama anak.
Komentar
Posting Komentar