Membentuk Karakter Anak melalui Kisah bersama Eka Wardhana S.psi

Baik.. Ayah bunda, sebelum kita mulai, agar kulwap terasa lebih berkah dan bermanfaat kita berdoa dulu yuk...πŸ™πŸ»⁣
RABBI  ZIDNII  'ILMAN WARZUQNII FAHMAA, WAJ'ALNII MINASH-SHAALIHIIN⁣
Artinya :⁣
"Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman. Dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang sholeh". Aamiin⁣
Siap siap kak Eka Wardhana akan menyampaikan materi ya...
Kak Eka.. kami sudah siap menyimak, waktu dipersilahkan.. πŸ€—

Boleh di subscribe dulu, untuk mendapatkan materi lainnya nanti :)

BAGAIMANA MEMBENTUK KARAKTER ANAK MELALUI KISAH 
Oleh: Kak Eka Wardhana, RUMAH PENSIL PUBLISHER

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh...

Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, keluarga, sahabatnya, serta umatnya sampai akhir zaman.

Ayah dan Bunda yang terhormat, selamat berjumpa dalam Kuliah Whatsapp bersama saya dari Rumah Pensil Publisher. Tema yang kita bahas kali ini, adalah hal yang sangat, sangat, sangaaat penting, Ayah dan Bunda. Bagi saya, keberhasilan orangtua muslim mendidik anaknya tidak cukup dilihat dari pencapaian prestasi akademisnya saja di sekolah. Keberhasilan kita, para orangtua muslim, mendidik anak justru terlihat dari seberapa banyak pribadi Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tercermin dalam karakter mereka.

Untuk hal sepenting ini, semoga kita yang telah meluangkan waktu untuk sharing ilmu di sini diberkahi pahala dan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sudah siap? Yuk, kita mulai.😊
Bismillah...

APA ITU KARAKTER
Menurut Kamus Psikologi, Karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya dikaitkan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982).

Dengan kata lain, Ayah dan Bunda, karakter adalah sifat-sifat moral entah itu baik atau buruk, yang memang sudah melekat dalam pribadi seseorang. Bila karakter berasal dari bahasa Inggris, padanan kata paling dekat dalam bahasa Indonesia adalah "Watak". Dalam terminologi Islam, kata paling dikenal yang mendekati karakter adalah "Akhlaq".

Akhlaq didefinisikan sebagai reaksi spontan seseorang saat mengalami sesuatu. Contohnya bila kendaraan kita diserempet tak sengaja di jalan, apa reaksi spontan kita? Marah dan mencaci maki? Atau tenang dan bersabar? Itulah akhlaq kita.

Jadi bagaimana caranya kita melaksanakan pekerjaan besar ini? Kesannya berat dan susah ya? Tenang, menurut saya ada satu cara mudah (tapi pelaksanaannya tergantung semangat kita), yaitu dengan memanfaatkan cerita dari buku. Masak sih bisa dengan dua hal sederhana itu? Beneran, Ayah dan Bunda.

Jadi cerita seperti apa? Buku seperti apa? Dan bagaimana cara praktisnya? Penasaran kan? Yuk, kita lanjuuut...

BAHAYA BILA TIDAK MENGENAL RASUL
Oke, Ayah dan Bunda, bila ditanya: cerita seperti apa yang paling tepat untuk membentuk karakter anak sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah? Tentu jawabannya adalah cerita yang di dalamnya paling banyak menggambarkan tentang diri Rasulullah sendiri. Mengapa demikian? Sebab karakter yang diajarkan Rasulullah terlihat jelas dalam diri Beliau. Bukankah Bunda Aisyah, orang yang paling dekat dengan Rasul, menyampaikan bahwa diri Rasulullah adalah Al-Qur’an Berjalan?

Jadi cerita yang paling tepat adalah cerita tentang kisah kehidupan Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam sendiri. Juga kisah tentang orang-orang yang setia mengikutinya: keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikutnya. 

Bagaimana bila tidak?

Ayah dan Bunda, kita di Indonesia punya istilah sederhana tapi berlaku di seluruh dunia dan sepanjang waktu: Tak kenal maka tak sayang. 

Bila sedari dini anak tidak kenal dengan Rasulnya, maka sulit mengharapkan cinta untuk Rasul dari dalam dirinya. Jangankan cinta, bahkan rasa sayang pun tidak. Di sinilah, Ayah dan Bunda, letak bahaya bila orang tidak mengenal Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Kalau Anda bertanya heran, “Mengapa ada orang yang bekerja dengan memberangkatkan orang ke tanah suci sampai tega menipu milyaran rupiah uang jamaahnya sendiri?” Nah, Ayah dan Bunda, bagi saya inilah jawabannya: mereka tidak pernah mencintai Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Kalau Anda bertanya heran, “Mengapa ada orang yang mau-maunya menjadi pengikut Nabi palsu padahal dia pernah tahu bahwa Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah rasul terakhir?” Jawabannya sama: mereka tidak pernah mencintai Rasulnya sendiri.

Jadi sangat jelas, Ayah dan Bunda, 
bahaya tidak mencintai Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam adalah penyimpangan Aqidah.

Lalu, mengapa orang bisa tidak mencintai Rasul padahal sejak kecil mereka diajarkan agama di sekolah? Jawabannya adalah: karena yang diajarkan waktu kecil itu adalah TAHU tentang Rasul, bukan CINTA Rasul.

Coba ingat-ingat, Ayah dan Bunda, sewaktu SD dulu yang ditanya saat ujian adalah “Tahun berapa Nabi Muhammad dilahirkan? Siapa nama ayah Nabi Muhammad? Siapa nama kakeknya?” dan semisalnya. Tidak pernah kita ditanya, “Apa yang kamu rasakan ketika orang kafir mengejek Nabi Muhammad? Seandainya kamu bertemu Nabi Muhammad, apa yang akan kamu sampaikan pada beliau? Cobalah tulis surat penuh sayang pada Nabi Muhammad?”

Padahal, Ayah dan Bunda, dalam Hadis Riwayat Ath-Thabrani, Rasulullah pernah berpesan, "Didiklah anak-anakmu tiga perkara : cinta kepada Al-Qur'an, cinta kepada Nabi mereka dan cinta kepada sanak keluarga Nabinya."

Perhatikan, apa yang Rasul pesankan itu: AJARKAN CINTA, bukan sekadar tahu.

Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu anhu, adalah seorang sahabat Nabi yang kelak menaklukkan Persia. Sa’ad pernah mengatakan, " Kami mengajar anak-anak kami sejarah hidup Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam seperti kami mengajarkan mereka surah dari Al-Qur'an."

Nah, Ayah dan Bunda, mudah-mudahan kita sudah yakin sekarang, betapa pentingnya mengajarkan kisah Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alahihi Wassalam pada anak-anak sejak kecil dan betapa berbahayanya hal itu bila terlewatkan...


MENGAPA KISAH?
Ayah dan Bunda tentu bertanya: mengapa kisah?
Setidaknya ada 6 jawaban yang pantas untuk disimak, yaitu:

1. Kisah adalah sebagian Tentara Allah yang diturunkan ke Bumi
Ayah dan Bunda tentu sudah tahu jawabannya bila ditanya: siapa sebenarnya musuh abadi dan terbesar manusia?

Yak, benar! Jawabannya adalah Iblis dan setan laknatullah alaih!

Kita tahu benar bahwa melawan setan sendirian sangatlah tidak mungkin, sebab setan adalah musuh yang amat kuat, gigih, keras kepala dan sulit terdeteksi. Jadi, untuk melawan setan, kita memerlukan bantuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Untung bagi kita bahwa Allah sendiri menurunkan bala tentara-Nya untuk menolong manusia menghancurkan setan. Namun sayang, hanya sebagian kecil dari kita yang memanfaatkan bahkan menyadarinya.

Ayah dan Bunda, seorang ustadz yang pernah saya temui berkata bahwa sebagian tentara Allah yang diturunkan ke bumi adalah kisah-kisah islami.

Bila dihubungkan dengan pendidikan anak, membeli buku-buku islami seperti mendatangkan pasukan pelindung bagi anak-anak kita. Membacakan mereka kisah-kisah islami berarti memasukkan tentara pelindung ke dalam qolbu, tempat berlangsungnya pertempuran sengit melawan balatentara setan.

Luar biasa pentingnya, bukan, Ayah dan Bunda? Sayang sekali berkisah saat ini sudah banyak dilupakan para orangtua muslim.

2. Kisah sangat efektif dalam menyampaikan informasi
Ayah dan Bunda, menurut saya ada satu hal penting yang banyak dilupakan para pengajar saat menyampaikan materi buat murid-muridnya: alur cerita. Mengapa penting? Sebab alur cerita akan membuat pelajaran lebih mudah dipahami dan dicerna.

Sebagai contoh, seorang pengajar ingin menyampaikan 10 informasi ini:

1. Laba-laba memiliki 8 kaki.
2. Laba-laba berjalan dengan cara merayap.
3. Laba-laba hidup di atas pohon
4. Sarang laba-laba berbentuk jaring melingkar.
5. Laba-laba termasuk hewan yang membuat sarangnya sendiri.
6. Sarang laba-laba mengandung perekat untuk menangkap mangsanya.
7. Lalat adalah salah satu makanan laba-laba.
8. Laba-laba mampu mengenal bagian-bagian jaring yang tidak mengandung perekat sehingga ia tidak melekat di jaringnya sendiri.
9. Doa makan itu berbunyi, “Allahumma baariklana fiima rozaqtana waqinaa azaa bannaar.”
10. Saat mendekati kematian hendaklah seorang mengucap 2 kalimat syahadat, “Asyhadu alaa ilaaha ilallaah, wa asyhadu anaa Muhammad rasuulullaah.”

Nah, menurut Ayah dan Bunda, seberapa cepat anak usia 7 tahun bisa mencerna 10 informasi di atas? Tentu tergantung kemampuan masing-masing, tapi hampir bisa dipastikan jarang sekali anak yang mampu menangkap (apalagi menghapal) 10 informasi itu dalam waktu singkat.

“Lalat!” seru Labi penuh harap.

Harapan Labi terkabul... BLEP! Lalat yang tidak melihat jaring tipis Labi, terjerat dan tak bisa melepaskan diri karena perekat yang sangat kuat.

“TOLOOONG!” seru Lalat.

Labi pun mendekat dan membaca doa makan, “Allahumma baariklana fiima rozaqtana waqinaa azaa bannaar.”

Lalat sudah tahu bahwa ajalnya tiba, maka ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat, agar wafat dalam keadaan muslim, “Asyhadu alaa ilaaha ilallaah, wa asyhadu anaa Muhammad rasuulullaah.”

Lalu... Hap! Labi menerkam sang lalat....

Ayah dan Bunda, menurut Anda mana cara menyampaikan pelajaran yang lebih menarik dari kedua contoh di atas? Bila jawabannya cara yang kedua, berarti Anda telah mengerti betapa efektifnya kemasan cerita dalam melunakkan informasi sehingga lebih mudah dimengerti dan dihapalkan anak.

Bercerita lebih menyenangkan. Bukankah belajar dalam suasana yang menyenangkan lebih efektif hasilnya?

3. Kisah dapat Mengubah Nasib suatu Bangsa
Saat pertama kali mendengarnya saya melompat dari tempat duduk dan berteriak, “Apa? Kisah dapat mengubah nasib suatu bangsa? Serius?”

Ternyata beneran serius, Ayah dan Bunda. Kesimpulan ini didapat dari penelitian yang dilakukan oleh David McClelland, seorang psikolog. Pak McClelland melakukan penelitian psikologi-sejarah tentang dua bangsa besar yang berabad lalu pernah bersaing memperebutkan wilayah jajahan di seluruh dunia: Spanyol versus Inggris.

Setelah melewati beberapa kali peperangan yang menentukan, akhirnya Inggris berhasil mengalahkan Spanyol sekaligus mengukuhkan diri sebagai penjajah terbesar di dunia masa lalu.

Sebagai psikolog, Pak McClelland tentu tidak meneliti dari sudut pandang militer dan politik, melainkan dari sudut pandang psikologis. Singkat kata, McClelland menemukan suatu fakta menarik yang sangat mungkin menentukan kemenangan Inggris atas Spanyol. Di Inggris saat itu sudah terbentuk kebiasaan bahwa setiap malam, para orangtua (terutama ibu) menceritakan kisah-kisah yang isinya mengubah nasib sang tokoh dari bukan siapa-siapa menjadi orang yang akhirnya meraih kegemilangan. Sementara di Spanyol, tidak didapati kebiasaan itu.

Nah, Ayah dan Bunda, kesimpulannya: generasi sebuah bangsa yang secara masif diberikan dongeng motivasi yang menggugah semangat, ternyata mampu mengalahkan generasi dari bangsa lain yang lebih kaya dan lebih kuat. Bagi saya ini adalah salah satu penemuan penting yang tidak kalah dahsyatnya dengan penemuan pesawat terbang dan handphone. Tapi sayang, banyak orang, terutama kita di Indonesia, tidak menyadarinya sama sekali.

Jadi, kalau nasib sebuah bangsa bisa berubah oleh kebiasaan mendongeng, apakah nasib seorang anak juga bisa berubah bila orangtuanya terbiasa membacakan cerita? Tentu saja, Ayah dan Bunda! Tentu saja!

Nah, setelah mendapatkan kenyataan ini, masihkah kita malas bercerita, mendongeng dan berkisah?

4. Ada Hubungan Hangat antara : Pencerita - Tokoh Cerita - Pendengar
Ayah dan Bunda, saat bercerita, diam-diam terjadi hubungan segitiga antara Anda yang bercerita, tokoh yang tengah dikisahkan dan anak Anda yang asyik mendengarkan. Bila yang dikisahkan tokoh yang baik hati dan penuh sayang, segitiganya menjadi segitiga cinta. Bila yang sedang diceritakan adalah jelangkung atau kuntilanak, segitiganya menjadi segitiga horor!

Seberapa besar pengaruh segitiga ini pada diri anak? Besar sekali, Ayah dan Bunda. Lihat saja, anak yang sering diceritakan kisah-kisah seram, biasanya takut ke kamar mandi sendiri di malam hari. Sebaliknya, bayangkan bila yang diceritakan adalah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, jangan heran bila dalam hati anak-anak akan tumbuh sosok Rasulullah sebagai seorang idola. Bukannya artis seronok dan suka pamer materi di instagram, atau atlet berprestasi tapi sangat hedonis, melainkan Nabi Muhammad! Nabi Muhammad sebagai idola, gitu loh, Ayah dan Bunda! Benar-benar sangat luar biasa, bukan?

Ingat, apa yang tertanam di waktu kecil, akan berbuah di masa dewasa. Bila di waktu kecil ditanamkan rasa takut pada hantu, ia akan tumbuh jadi orang penakut sampai tuanya. Sedangkan bila yang ditanamkan adalah rasa cinta kepada Nabinya di waktu kecil, anak-anak akan tumbuh menjadi pemuda shalih dan pemudi shalihah yang gemar berbuat baik dan berguna buat orang lain.

Nah, Ayah dan Bunda. Masih meremehkan kedahsyatan budaya bercerita?

5. Kisah menambahkan dua hal yang saling berkait : Kehangatan dan Kecerdasan
Saat hati yang hangat bertemu dengan kecerdasan, hasilnya adalah ramuan kesuksesan. Guru yang pandai dan baik hati adalah idola bagi murid-muridnya. Orangtua yang penyayang dan cerdas adalah orangtua yang amat dicintai anak-anaknya. Demikian pula yang terjadi pada seorang bos, presiden, menteri, suami, dan seterusnya.

Tapi sayang, kelihatannya tidak banyak orang yang seideal itu. Iya kan, Ayah dan Bunda? Ternyata kita baru sadar bahwa kehangatan dan kecerdasan sulit menyatu dalam waktu lama. Bila keduanya bisa menyatu dalam waktu lama, barulah bisa kita namakan ia karakter.

Nah, momen mendongeng dan bercerita adalah saat ketika kedua hal itu bisa bertemu. Rasa hangat dirasakan orangtua saat senyum anak merekah mendengar cerita. Rasa hangat dirasakan anak saat mendengar untaian kata keluar dari mulut orangtua berupa kisah-kisah indah yang menyentuh emosi.

Kecerdasan akan tumbuh dengan sendirinya dari hati yang selalu merasa hangat. Selain itu kisah-kisah yang dibacakan juga menyampaikan kecerdasan dengan caranya sendiri, berupa penyampaian tentang perjuangan sang tokoh cerita dalam mengatasi rintangan. Ada tokoh yang mengandalkan sikap jujur atau keberanian atau rasa pemaaf dan lainnya. Itu adalah bentuk-bentuk kecerdasan, Ayah dan Bunda. Ingatlah, kecerdasan itu banyak sekali bentuknya.

Semakin sering kita bercerita, semakin sering pula kehangatan dan kecerdasan bertemu, sehingga semakin besar pula kemungkinan perpaduan keduanya menetap dalam diri anak dan menjadi karakter. Bila ramuan sukses itu sudah menetap dalam diri anak, jadi apapun mereka kelak di masa depan, tak perlu lagi kita merasa khawatir. Insyaa Allah....

Jadi, kita memang tidak bisa meremehkan teknik berkisah dalam pendidikan anak, bukan?

6. Sebagian besar isi Al-Qur'an pun berbentuk kisah
Ini yang luar biasa, Ayah dan Bunda: ternyata lebih dari separo isi Al-Qur’an disampaikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam bentuk kisah dan cerita!

Lho, bila Yang Mahakuasa dan Mahatahu Segalanya saja sudah memakai bentuk kisah dalam Kitab Suci-Nya, sudah tidak perlu panjang lebar lagi menjelaskan betapa dahsyatnya metode berkisah ini. Iya kan, Ayah dan Bunda?

BAGAIMANA SEBUAH KISAH BISA MENGUBAH KARAKTER?
Baiklah, Ayah dan Bunda, semoga sampai di sini kita semua sudah paham mengapa kita perlu menggunakan kisah sebagai metode pendidikan karakter. Sekarang pertanyaannya: Bagaimana caranya kisah dapat mengubah karakter?

Jawabannya adalah Gunung Es. Lho, apa maksudnya ini?

Sebelum dijelaskan, jawab dulu pertanyaan ini ya, hehe: bagian mana yang lebih besar dari sebuah gunung es, yang di atas permukaan laut atau yang di bawah permukaan laut?

Bila bingung, masukkan saja sebongkah es batu ke dalam sebuah gelas bening berisi air bening. Perhatikan mana yang lebih besar: yang ada di atas permukaan air atau yang di bawah?

Tentu saja yang ada di bawah permukaan air. Nah, demikian pula dengan kesadaran manusia. Manusia itu punya 2 macam jenis kesadaran: alam atas sadar dan alam bawah sadar. Bila dibandingkan, persis seperti gunung es atau es batu tadi: ternyata alam bawah sadar jauh lebih besar dari alam sadar.

Semua kejadian yang dialami manusia pertama-tama berada di alam sadar. Tetapi setelah hal itu berlalu dan fokusnya berganti ke hal yang baru, peristiwa yang pertama itu masuk ke alam bawah sadarnya. Demikian terus-menerus terjadi setiap saat. Apakah yang memasuki alam bawah sadar itu hilang? Tidak, ia hanya tersembunyi. Suatu waktu ia bisa kembali ke alam sadar seperti paus yang muncul dari bawah laut. Semakin berkesan suatu peristiwa, semakin mudah ia muncul ke permukaan. Saat sebuah ingatan dari alam bawah sadar sering muncul, ia akan mempengaruhi karakter seseorang. Kira-kira begitu mekanismenya, Ayah dan Bunda.

Nah, cerita-cerita yang didengar seorang anak pertama-tama tentu akan diterima oleh alam sadarnya dulu. Namun dengan cepat hal itu akan berlalu dan berganti masuk ke alam bawah sadar. Semakin menyentuh emosi sebuah kisah (bisa jadi sangat indah, sangat menakutkan, sangat lucu dan lainnya), semakin mudah ia muncul ke permukaan. Semakin sering sebuah nilai dalam sebuah cerita didengarkan (misalnya: kejujuran, keberanian, dll) semakin mudah pula ia muncul ke permukaan. Semakin kuat pula nilai itu akan memperkokoh karakter.

Jadi kesimpulannya: semakin sering sebuah kisah diperdengarkan kepada anak, semakin kuat pula nilai-nilai dalam kisah ini kelak akan memperkuat karakternya. Semakin berkesan sebuah kisah, semakin besar pula kekuatannya untuk muncul kembali dari alam bawah sadar. Maka itu berhati-hatilah dalam berkisah, Ayah dan Bunda. Usahakan agar sebanyak mungkin nilai-nilai baik yang didengarkan dan jauhkan sebisanya nilai-nilai buruk.

Seperti kenyataan yang didapat dari penelitian David McClelland di atas: semakin sering anak-anak Inggris mendengar kisah bahwa nasib bisa berubah bila mereka berjuang, semakin kuat pula karakter juang mereka untuk mengubah nasib.

Begituh kira-kira, Ayah dan Bunda.

CARA MEMILIH BACAAN
Setelah kita menyadari pentingnya sebuah kisah, kini kita melangkah pertanyaan berikutnya: bagaimana cara memilih buku atau bacaan yang baik?

 PERTAMA, Pilih Buku Sesuai Usia Anak
Tentu saja anak usia balita akan berbeda pilihan bukunya dengan anak-anak yang sudah duduk di bangku SD. Sama halnya hampir tak mungkin anak berusia SD tertarik pada buku-buku bacaan sederhana khas balita. Kenapa? Tentu saja karena cara berpikir (kognisi) mereka berbeda. 

Untuk anak-anak balita, pilih buku bacaan dengan sedikit tulisan tapi penuh gambar (Wordless Picture Book).

KEDUA, Hindarkan Buku yang Memuat Kisah-kisah Perusak Aqidah
Yang saya maksud dengan perusak aqidah adalah buku-buku yang berhubungan dengan sihir, hantu, dewa-dewi dan hal-hal semacamnya. Sayangnya, kisah-kisah seperti ini memang mempunyai daya tarik yang sangat kuat. Karena itu pendampingan pada anak amat perlu diberikan. Tanpa memaksa, beri pengertian pada anak kenapa suatu buku yang walaupun menarik, tetapi tidak layak dipilih karena faktor kerusakan aqidah yang bisa ditimbulkannya.

Termasuk kisah-kisah tradisional yang tidak mendidik. Misalnya tentang seorang anak yang mencintai ibunya sendiri dan hal semacam itu. Biarlah, kelak bila ia sudah dewasa, anak tahu sendiri kisah-kisah tradisional. Tetapi masa emasnya di waktu kecil akan cepat berlalu, jadi Ayah dan Bunda fokus kepada buku-buku yang mengandung contoh akhlaq mulia.

Meski demikian, hindari buku-buku yang terkesan menggurui. Selain membosankan, buku-buku yang menggurui cenderung membuat anak kehilangan semangat kebebasan dan berkreasinya.

KETIGA, Pilih Buku tentang Kehidupan para Nabi dan Sahabat
Seperti yang sudah kita bahas, penting sekali mengenalkan kehidupan para Nabi dan Sahabat sejak dini. Sayangnya, buku-buku seperti ini sangat terbatas jumlahnya. Itu pun kebanyakan dihadirkan tanpa kemasan yang menarik. Meski demikian seharusnya tidak menghalangi kita untuk menghadirkan versi terbaik buku-buku itu sebisa kita. Ingat, tujuan kita besar dan mulia. Tak mungkin hal itu dicapai tanpa perjuangan.

Mengajarkan kehidupan para Nabi sama dengan mengajarkan isi Al-Qur’an pada anak. Jadi buku jenis ini memang luar biasa. Sayang sekali banyak kita yang tidak mau bersusah payah memilikinya. Coba cek di rumah kita, rumah saudara kita, atau rumah teman kita. Berapa banyak di antara mereka yang telah memiliki dan membacakan kisah-kisah Nabi dan Sahabat pada anak-anaknya?

KEEMPAT, sebagai tambahan boleh pilih buku netral tetapi tetap sesuai Akhlaq Islam
Ingat, seperti yang disabdakan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, bahwa ilmu dan hikmah sebenarnya milik setiap muslim, maka cari dan ambillah dimanapun kita menemukannya. Mengingat buku-buku islami masih jauh lebih sedikit dibanding buku-buku umum, kita bisa saja memanfaatkan buku-buku umum yang bermanfaat untuk mengajarkan akhlaq islami seperti motivasi tinggi, pantang menyerah dan lainnya. Asal syaratnya ya itu tadi: tidak menyalahi aqidah.

Menurut saya, bila anak telah mengetahui kisah Rasulullah dan para sahabat, bisa saja anak diperkenalkan dengan tokoh-tokoh besar dunia seperti Thomas Alva Edison, Napoleon Bonaparte, dan lainnya itu. Terdapat banyak sekali hikmah dalam kehidupan mereka. Untuk anak-anak usia dini, bisa saja disampaikan kisah-kisah dongeng binatang yang bagus asalkan tetap tidak menyalahi akhlaq dan terutama aqidah kita.

CARA BERCERITA
Baik Ayah dan Bunda, bagaimana cara bercerita yang baik? Ada tiga tips sederhana (tapi pelaksanaannya pasti tidak sesederhana itu):

1. Lakukan Rutin
Segala sesuatu akan terasa ringan bila telah rutin dilakukan. Masalahnya adalah bagaimana membentuk rutinitas sedari awal. Ada teori yang mengatakan agar sesuatu dilakukan terus-menerus selama 21 hari agar terbentuklah kebiasaan. Bila telah terbiasa, maka rutinitas menjadi tanpa beban.

Bagi saya, kuncinya adalah menikmati, Ayah dan Bunda. Bila Anda menikmati story time bersama anak-anak, melakukannya setiap hari bukanlah menjadi hal yang sulit.

Satu hal yang terasa berat dalam membentuk kebiasaan adalah meluangkan waktu. Di tengah kesibukan, bisakah kita meluangkan waktu buat bercerita? Namun sekali lagi, bila kita menikmatinya, insyaa Allah kita akan sanggup.

Bagi anak-anak yang sudah bisa membaca mandiri, ajak mereka memilih buku kesukaannya. Usahakan agar kita juga ikut membaca sehingga bisa berdiskusi di setiap ada kesempatan.

2. Lakukan diwaktu yang tepat
Membaca cerita akan efektif bila dilakukan dalam suasana rileks. Anak maupun orangtua harus merasakannya bersama. Bila salah satu merasa terpaksa, hasilnya tidak bisa maksimal. Itulah sebabnya seluruh dunia sepakat bahwa waktu bercerita terbaik adalah di saat menjelang tidur.

Selain menjelang tidur, dimana ada waktu santai juga bisa kita manfaatkan untuk bercerita. Bila dilakukan di luar rumah, bercerita akan lebih terasa ringan bila kita melakukannya tanpa buku. Maksudnya, orangtua sudah membaca dan mengerti garis besar cerita lalu mengisahkannya langsung dengan gaya sendiri.

Bagi anak-anak yang berada di usia menjelang remaja, kita bisa mengangkat suatu peristiwa dan mengaitkannya dengan cerita yang kita baca. Misalnya saat melihat atau mendengar berita tentang orang yang senang hidup bermewah-mewah, kita bisa mengangkat kisah Sahabat Nabi yang bernama Abu Dzar Al-Ghifari. Untuk anak-anak seusia ini, memang lebih efektif bila kita bisa bercerita tanpa buku.

3. Peragakan Ekspresi
Ayah dan Bunda, apakah Anda pernah bercita-cita atau sekadar membayangkan menjadi seorang aktor atau aktris? Nah, saat Anda bercerita, jadilah aktor dan aktris. Bila Anda bersedia melakukannya, story time akan menjadi sangat berkualitas dan menyenangkan.

Kuncinya, Ayah dan Bunda, hidupkan lagi semangat anak-anak dalam diri Anda! Ingatlah, dulu Anda pernah jadi anak-anak. Bayangkan betapa serunya Ayah dan Bunda yang masih kecil bertemu dengan anak-anak mereka di usia yang sama dan bertualang bareng dalam sebuah kisah. Keren banget kaaan?

KESIMPULAN
Ayah dan Bunda, kesimpulan Kulwapp kita sederhana saja: bercerita tentang Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan para Sahabatnya ternyata sangat penting dalam menginternalisasi karakter islami dalam diri Anak-anak.

Pertanyaannya kembali kepada Anda, Ayah dan Bunda. Seberapa dalam Anda menyadarinya sehingga tergerak untuk memanfaatkan metoda bercerita ini semaksimal mungkin?

Semoga bermanfaat. Barakallaah...

-----------------------------------------------------------------------------------------------

QnA...

πŸ“ Pertanyaan Kulwap, 16 Juni 2020πŸ“
Tema : Membentuk Karakter Anak Melalui Kisah

▶️ Grup 1
Pertanyaan : Bunda Atikah Az Zahrah 
1. Apakah kisah2 nabi dan rasul terdahulu bisa kita kisahkn kepada anak2 kita?
2. Berapa batasan usia anak2  untuk kita berikan kisah ? Apakah apabila kita punya anak sma atau kuliah juga tetap ortu berkala mengisahkan untuk anaknya?
3. Apakah kisah yang paling sesuai apabila anak2 kita yang hampir setiap hari bertengkar bahkan ketika mendengarkan kisah dr umminya juga masih bertengkar?

Jawaban:
1. Tentu saja bisa. Tinggal disesuaikan dengan usianya. Untuk anak yang lebih kecil, pilih alur cerita yang lebih sederhana dan lebih singkat.

2. Sebenarnya tak ada, karena berkisah itu bukan hanya monolog, tetapi juga dialog. Untuk anak yang sudah remaja ke atas, orangtua harus memberi kesempatan mereka yang bercerita atau berkisah tentang apa saja, termasuk buat curhat. Nah, saat itu manfaatkan kesempatan untuk memberi masukan dengan contoh kisah yang sesuai dengan masalah mereka, misalnya dari kisah Nabi, hadis, kisah Sahabat Nabi, para orang shalih maupun para kaum di Al-Qur’an. Atau sekadar ngobrol biasa, misalnya, “Tadi Bunda baca Al-Qur’an tentang Kaum Rass. Ternyata ada hal menarik yang bisa menjawab pertanyaan kamu waktu itu, yaitu tentang...” dan seterusnya.

3. Pertengkaran antar saudara sebenarnya lumrah, tinggal temukan penyebabnya: apa karena cemburu, apa karena perlakuan yang kurang adil atau karena hal lain semisal miss komunikasi. Kalau masalahnya ditemukan, insyaa Allah jawabannya pun didapatkan. Termasuk juga dengan kisah: cari kisah yang sesuai dengan masalah mereka. Misal: tentang rasa iri kakak Nabi Yusuf pada beliau alaihis salam, dll.

▶️ Grup 2
Pertanyaan : Bunda Sulfiana Syaibun 
1. Usia brp untuk ini bisa kita terapkan pada anak didik/anak. Sendiri? 
2. Bagaimana cara / trik membacakan cerita bagi anak yang berkebutuhan khusus dan anak yang hiperaktifπŸ™πŸ™
Trims

Jawaban:
1. Membacakan cerita secara sederhana, yaitu dengan membaca buku, bahkan bisa dimulai sejak anak dalam kandungan. Sebab indera pertama yang diaktifkan Allah Ta’ala adalah pendengaran. Nanti seiring bertambahnya usia, orangtua bisa menambah durasi bercerita ditambah teknik baru: misalnya pakai boneka, pakai gambar dan peraga lain. Bahkan saat mereka remaja pun bisa berlanjut, hanya saja kali ini giliran anak-anak yang bercerita apa saja (termasuk curhat) dan orangtua mendengarkan. Menurut saya sih ini juga proses bercerita, karena bercerita itu intinya komunikasi dan kedekatan hati.

2. Untuk ABK bisa konsultasi dulu dengan psikolog atau helpernya. Terutama apa yang menarik dia untuk mau mendengarkan. Biasanya anak yang suka bergerak sering dicap hiperaktif, padahal ini tak selalu benar. Sebab hiperaktif itu gangguan psikis, sementara anak yang senang bergerak bisa saja sebenarnya karena ia lebih kinestetis. Untuk anak kinestetis, bacakan ceritanya singkat-singkat saja tetapi sering dan bisa disambung-sambung.

▶️ Grup 3
Pertanyaan :Bunda Aas Astini S
Assalamu Alaikum,,,
Maaf sy mau ty,,,
Ini soal game ,,semaraknya permainan di yuotube,,gadjet jg media2 lainnya ,,ada slh satu permainan yg sngt PD suka yakni tiktok,, Yg mau sy tnykn ,,,
Apakah tiktok mngandung unsur yg menyimpang dr tutorial atau norma/ aturan agama yg dianut oleh kita(Islam) ,,,Krn sering sy dengar tiktok itu yg bkin/ mengadakan org non muslim,,klo memang iyyah mnyalahi dr norma2 agama ,,,alngkh salah besar kita membiarkan ank2 ashekk dg permainannya,,,dan akn menjdi hambatan pada tumbuh kembang psikis n psiko ank2 kita ,,,terutama di usia golden aze(usia emas) ,,sy mnjdi kwatir ,,nah bagaimana cara mengatasi / menyikapi &  mengalihkan perhatian/ memberi arahn pd ank yg SDH ngefans bngt SM tiktok,,,yg baik / pling tepat utk tingktan usia ank,,,
Terimakasih sblmnya ,,πŸ™

Jawaban:
Wa’alaikum salam warohmatulloohi wabarokaatuh...
Untuk melihat apakah suatu perkara itu menyimpang dari ajaran agama, ingat saja prinsip ini:
“Untuk hal-hal yang berkaitan dengan ibadah, lihat saja apa ada perintahnya? Kalau tidak ada berarti menyimpang.
“Untuk hal-hal yang bersifat muamalah (hubungan dengan sesama manusia), lihat saja apa ada larangannya? Bila ada larangan, berarti jangan dilakukan.”
Apakah Tik Tok ibadah atau muamalah? Tentu muamalah. Apakah ada larangan?
Nah, untuk ini sebaiknya ditanyakan pada para Ustadz yang lebih kafaah di bidangnya. Kalau saya melihatnya dari segi pendidikan anak saja: apakah Tik Tok ini menambah ilmu atau zikir? Kalau tidak, berarti termasuk hal yang sia-sia.
Bila tik tok sudah kecanduan, kemungkinan besar bisa jadi hambatan psikologis. Sebab kalau sudah nyandu, ia akan tergantung dan terganggu bila dilarang. Hal ini benar-benar harus diperhatikan.
Untuk mengalihkan, cari minat dan bakatnya. Tapi ini tidak mudah, tetapi bisa dicoba sedikit-sedikit. Misal: dengan mengajak anak melakukan kegiatan seni, olah raga, out door, dll. Lihat mana yang paling ia suka? Bila sudah ketemu, terjunkan anak di situ, misalnya: ikut klub olah raga. Semoga hal ini akan membuatnya teralihkan secara bertahap. Juga rebut waktu dan fokusnya dengan banyak mendongeng kisah-kisah yang baik.

▶️ Grup 4
Pertanyaan :Bp. Misbahul Munir
Bagaimana cara kita menyaring cerita sejarah nabi yang sesuai dengan sejarahnya? Karena beda guru beda sudut pandang ceritanya, nah agar cerita yang kita sampaikan nantinya sesuai sejarahnya bagaimna?

Jawaban:
Paling aman tentu yang paling sesuai dengan Qur’an dan Hadis. Kalau kita tidak sanggup menelaah sendiri, tentu cari guru yang menurut kita paling baik pemahamannya tentang Qur’an dan Hadis. Ditambah lagi dengan banyak membaca buku-buku yang kita anggap sahih sumbernya. Karena kisah-kisah sejarah keagamaan memang sering kabur dengan israiliyat (kisah versi yahudi dan nasrani), jadi benar-benar harus hati-hati.

Bila belum mampu menceritakan kisah utuhnya, ceritakan saja kisah garis besarnya (ini dengan mudah bisa dilihat dari Al-Qur’an: misalnya kisah Nabi Yusuf) tanpa banyak menambah detil. Terutama yang ditekankan bukan detil kejadian, tetapi nilai aqidahnya (melawan berhala, melawan kezaliman, taat kepada Allah dll).

▶️ Grup 5 
Pertanyaan :Ibu Janti-Sukoharjo
Perkenalkan saya Janti, seorang guru paud dari sukoharjo. Punya 2 anak perempuan yang sekarang sdh abg.
Sejak kecil dulu membiasakan mendongeng sebelum tidur, dan menyediakan buku2 anak utk dibaca bersama. Bahkan untuk bbrp perilaku yang sedang ingin diperbaiki, seperti sayang adik, kejujuran dll kami masukkan  lwt cerita. Namun ternyata ketika semakin besar anak2 pernah mencoba sesuatu dan memanipulasinya. Sdkt berbohong dll. Apakah berarti selama ini cara kami mengajarkan salah?..atau tidak efektif ya?.. ataukah itu hanya bagian dari proses belajar mereka?

Jawaban:
Salam kenal juga Bunda Janti. Sebelumnya saya berdoa agar Allah Ta’ala memberi pahala atas upaya Bunda untuk mendongeng sebagai bagian dari pendidikan anak. Aamiiin. Luar biasa, Bunda.

Insyaa Allah apa yang sudah Bunda lakukan dalam mendongeng tidak akan sia-sia. Kedekatan Bunda dengan anak-anak yang dulu sudah terjalin akan menjadi bekal di masa-masa selanjutnya seperti sekarang. Walaupun ada sedikit kenakalan, insyaa Allah anak yang dulu sering mendengar dongeng akan mudah kembali dinasihati dan diluruskan.

Satu hal lagi, walau sudah abg, proses ceritanya jangan putus ya. Walaupun posisinya sekarang terbalik: anak yang bercerita dan orangtua mendengar. Tentu cerita anak ini tentang apa yang ia alami, apa kekhawatirannya, apa masalanya, dll, pokoknya curhat deh. Nah, saat mendengar itu kita bisa sedikit demi sedikit memberi masukan, nasihat dan mengingatkan lagi anak pada potongan-potongan kisah yang bermanfaat.

Insyaa Allah tidak ada yang salah, efektif atau tidak pun yang penting kita sudah berusaha maksimal. Hasilnya: berdoa dan serahkan pada Allah. Insyaa Allah doa orangtua akan dikabulkan.

▶️Grup 6
Pertanyaan : Ibu Ai Jamilah
Salam kak Eka Wardhana, saya baru melahirkan anak saya sekarang usia 1bln, kira-kira mulai usia berapa kita bisa bercerita dengan anak memakai metode atau cerita kisah Nabi dan para sahabatnya ?

Jawaban:
Salam, Bunda.
Silakan mulai, Bunda. Bacakan kisah para Nabi dan Sahabat. Baik dengan baca buku atau dengan lisan. Gunakan bahasa yang halus dan intonasi lembut agar anak lebih kenal suara orangtuanya dan menangkap nada sayang serta pengasuhan di dalamnya.

Bagi bayi bukan ceritanya yang terlalu penting, tetapi menangkap suara dan kedekatan orangtua. Meski begitu tentu kita harus menceritakan kisah-kisah yang baik untuk menunjukkan niat kita tulus kepada Allah dalam mengemban amanah anak ini. Sehingga Allah pun akan memberi kemudahan. Insyaa Allah.

Tambahan: untuk kisah Nabi, bisa dibacakan juga ayat Qur’annya dulu, lalu diceritakan.

▶️Grup 7
Pertanyaan : Rumah Tahfidz Ats tsaani
Kesulitan terbesar untuk bisa rutin berkisah kepada anak-anak adalah sulitnya membagi waktu terutama jika orang tua punya aktifitas banyak sedangkan jumlah Anaknya banyak dan ada yang masih batita. Bagaimana cara mengatur waktu untuk bisa berkisah pada hal kita juga terbatas bahan ceritanya jadi harus membaca dulu. Akhirnya tidak bisa istiqomah bercerita setiap harinya. Apalagi untuk bercerita menjelang tidurpun kadang susah karena harus menunggu si bayi tertidur. Dan ketika si bayi sudah tidur eh kakak-kakaknya udah pada tidur juga.

Jawaban:
Waktu adalah anugerah gratis tetapi sangat mahal karena waktu tidak bisa dikembalikan walau ditebus emas bergunung-gunung. Jadi tinggal mengatur waktu. Jangan sampai karena masalah waktu, kesempatan berkisah pada anak sejak kecil terlewatkan, karena sekali lagi: waktu nggak bisa balik.

Kesulitan mengatur waktu akan terbantu bila bercerita sudah jadi kebiasaan. Bahkan bercerita pada anak-anak pun bisa sambil mengendong bayi. Kesulitan bahan bacaan bisa dengan memperbanyak referensi. Sehingga bila anak punya banyak buku bagus, ia bisa diminta membacakan sementara Bunda dan adik-adiknya mendengarkan. Lalu bergiliran membaca. Tentu sesekali Bunda yang membaca atau ikut bercerita.

Yang terpenting adalah usaha kita. Allah tidak akan memberatkan selama kita sudah berusaha. Yang salah adalah begitu merasa hal ini tak mungkin dilakukan, maka kita menyerah.

▶️ Grup 8
Pertanyaan : Sahlal serang banten
Sya ingin bertanya... Memang yg namanya sifat, bakat, kepribadian, bahkan kepribadian orang tua itu cenderung mirip dengan orangtua nya... Sedangkan karajter orangtuanya saja memang dri dulunya agak kurang, nah... Bagaimana agar si anak tidak memiliki kebiasaan yg sama dengan orangtuanya yg memang susah rata rata diubahnya

Jawaban:
Karakter itu memang terbentuk dari sejak kecil sekali sehingga sulit diubah. Nah, yang bisa dilakukan bukan mengubah karakter, tetapi mengarahkan karakter ke arah yang lebih baik. Ingat sebelum masuk Islam, Amirul Mukminin Umar bin Khattab cenderung punya karakter tegas sehingga terkesan pemarah, nah ketika masuk Islam, Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam mengarahkannya sehingga ketegasan Umar bin Khattab radiyallaah anhu digunakan untuk membela Islam.

Di sini pentingnya pendidikan. Anak dengan karakter pemarah pun akan mengendalikan amarahnya bila ia diajarkan tentang pentingnya sabar, gunanya menahan marah, contoh mereka yang bisa menahan marah dll.

Inilah pentingnya dongeng. Gunakan dongeng sebagai salah satu alat paling efektif untuk mengarahkan karakter hingga mampu selalu berbuah perbuatan yang baik.

▶️Grup 9
Pertanyaan : Bunda Emma
Bagaimana mendidik karakter seorang anak agar berakhlak mulia sementara kita berada di lingkungan yg penuh kekerasan, dan hal negatif lainnya? Apakah efektif dgn mengurung anak didalam rumah dan mengurangi interaksi dgn teman2 sebayanya dilingkungan trsbt?

Jawaban:
Hadis shahih dari Bukhari menyatakan bahwa setiap anak itu lahir dalam keadaan fitrah (memiliki segala kecenderungan kebaikan) dan yang mengubahnya adalah orangtua serta lingkungan.

Jadi lingkungan memang sangat berpengaruh, apalagi bagi anak-anak yang belum tahu mana benar mana salah. Orang dewasa pun sebagian besar terbawa apalagi anak-anak.

Jadi untuk membesarkan anak berakhlaq mulia wajib hukumnya menaruh ia di lingkungan berakhlaq mulia. Tadi siang saya bertemu dengan 6 anak usia 10-11 tahun lagi main sepeda. Hanya dalam hitungan detik 3 kata-kata cacian terlontar seolah perkataan normal dan biasa.

Insyaa Allah lebih efektif mengurung anak di rumah dibanding dengan melepas anak ke tengah lingkungan buruk. Upayakan pindah atau paling tidak sekolahkan anak di tempat yang baik. Minimal di rumah ia dicontohkan, dinasihatkan untuk berbuat baik.

Agar anak tetap bisa bersosialisasi dengan teman sebaya, sering ajak anak mengunjungi saudara sepupunya dll. Atau ajak anak tetangga main di rumah sambil kita kontrol dan nasihati baik-baik setiap perilaku mereka.

▶️Grup 10
Pertanyaan : Bunda dian nugraha cimahi
Ingin bertanya, saya baca tadi kita harus mengajarkan anak agar meng idola kan rasul, sedangkan yg saya tahu idol itu adalah bahasa inggris dari patung atau berhala, saya pernah berbincang dengan seorang guru agama sebaiknya kita tidak mengidolakan sesuatu karena maknanya tersebut mentuhankan, sedangkan dalam penjelasan kak eka itu yg ditekankan adalah rasul, bukan tuhan, pertanyaannya, apakah pernyataan guru saya benar dan bila benar bagaimana caranya agar anak kami mencintai rasul tanpa berlebihan tanpa harus mengidolakan secara berlebihan seperti berhala

Jawaban:
Benar sekali, Bunda. Dalam bahasa Inggris, idol itu salah satu artinya berhala. Sementara di masyarakat kita artinya sudah meluas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Idola artinya: orang, gambar, patung dan sebagainya yang menjadi pujaan.

Kalau khawatir dengan istilah, ganti saja idola dengan “Uswah Hasanah” (Teladan yang baik). Saya menggunakan kata idola agar kita semua sadar bahwa sosok Rasul dan para sahabat tak lagi dipuja oleh banyak anak-anak muslim, karena mereka lebih mengidolakan para artis.

Juga untuk membuat orang sadar bahwa mengidolakan artis itu tidak pada tempatnya, sebab sebaiknya yang jadi idola (orang yang dijadikan pujaan) adalah para Nabi, Rasul serta para pengikutnya. Jadi nanti akan ada dialog seperti ini:

• Anak A: Idola kamu siapa? Aku idolanya BTS dong...
• Anak B: Kalau aku idolanya Nabi Muhammad dong...
• Anak A (dalam hati karena baru tahu): Oh, ternyata Nabi Muhammad itu bisa jadi idola ya? Tadinya aku kira karena beliau Nabi, beliau letaknya sangat tinggi sehingga tidak bisa kita tiru...

Jadi silakan menggunakan istilah idola atau Uswah Hasanah, yang penting bukan itu, yang penting adalah siapa yang ditiru dan diingat oleh anak-anak kita.

▶️ Grup 11
Pertanyaan : Bunda Nur Aisyah dari Depok
Saya mau bertanya kak,,, "Bagaimana cara menerapkan karakter yang sesuai Nabi SAW dalam kehidupan sehari2 selain dengan cara mendongeng/bercerita ke anak? Atas jawabannya saya ucapkan banyak terima kasih πŸ™πŸΌ

Jawaban:
Tentu dengan memberi anak keteladanan ala Rasulullah, Bunda.
Misalnya: cara makan Rasul, cara Rasul keluar dan masuk rumah, cara Rasul berwudhu dll.

Mendongeng dan memberi teladan seharusnya satu paket. Dongeng adalah sisi motivasinya, sedangkan memberi teladan adalah contoh praktiknya. Lengkap dong ya...

▶️Grup 12
Pertanyaan :
Saya mau tanya, gini,  pernah suatu kali saya dongengin cerita ttg penggembala yg dombanya dimakan serigala. Yang saya tangkap, dia masih belum mengerti substansinya kalo berbohong diulang2 itu bkal gak dipercaya.
Dan ujung2nya dia masih berbohong. Selain berbohong dlm arti sebenarnya juga berbohong sekedar asal  nyeletuk aja yg akhirnya malah jadi kebiasaan dan kesannya di mata oranglain itu tu berbohong. 
Nah secara nggak sengaja, pas saya lagi liat video kumpulan museum teraneh dan menyimpan salah satunya alat siksaan zaman dulu buat orang yang berbohong. Dia baru takut pas saya ceritain.

Jawaban:
Bisa jadi secara kognisi (cara berpikir) memang belum waktunya ia langsung menangkap. Ingat, anak 7 tahun pun baru mulai berpikir kongkret secara logika.

Bisa jadi ini masih berproses. Bukankah anak-anak biasanya suka minta diceritakan berulang-ulang?

Bisa juga diberi kesimpulan ringan bersama anak. Misalnya begini: “Nah, Sayangku, jadi berbohong seperti si pengembala itu boleh apa nggak?... kalau kita berbohong seperti si pengembala orang jadi percaya sama kita atau tidak?...” dst.

Namanya mendidik karakter ya pasti lama, tetapi hasilnya juga akan permanen.

Saran saya jangan menceritakan hal-hal yang menakutkan pada anak. Karena selain mengerdilkan jiwa keberaniannya, hal itu juga akan membuat anak merasa dunia ini kurang aman. Anak yang merasa dunia kurang aman akan lebih banyak merasa khawatir (takut tetapi alasannya nggak jelas). Sebaliknya, ajarkan dan ceritakan ia hal-hal yang mendukung semangat.

▶️ Grup 13
Pertanyaan : bunda Mery dan bunda Sholihah
* Mulai umur berapa sampai umur berapakah penerapan mendongeng kepada anak?

Jawaban:
Untuk mendongeng (kisah fiksi) dimulai dari sejak dalam kandungan, begitu pun kisah nyata atau sejarah dari Al-Qur’an. Sebab bayi dari dalam kandungan sudah bisa mendengar suara dari luar.

Untuk dongeng batasnya kira-kira di usia 7 tahun ketika anak sudah bisa berpikir kongkret, itu kalau dari isi cerita ya. Namun kalau anak suka mendengar kisah orangtua meski sudah tahu yang dikisahkan itu dongeng, ya bisa lanjut sedikit lagi.

Sedangkan untuk kisah (sejarah, fakta, kenyataan seperti kisah para Nabi dan kisah dari Al-Qur’an) bisa lanjut sampai masa sebelum baligh (mumayiz), kira-kira di usia 11-14 tahun.

Namun kebiasaan bercerita tetap bisa berlanjut sampai tua. Caranya? Saat anak mulai remaja dan baligh, dibalik caranya: biarkan anak bercerita dan curhat, orangtua jadi pendengar. Nanti saat memberi masukan atau nasihat, berikan potongan-potongan kisah yang cocok. Seperti kisah Rasul, para sahabat atau orang-orang besar lain, tujuannya untuk memotivasi dan memberi anak panduan menempuh hidupnya dan memberi jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

Mendongeng adalah dasar dan awalnya bila komunikasi dengan anak terus berlanjut sampai tua, dalam berbagai bentuk: curhat, diskusi, nasihat dll.

▶️Grup 14
Pertanyaan : Bunda Yeni Amalia
* Bagaimana solusinya jika anak lebih suka nonton youtube dibandingkan mendengarkan kisah? Dan apa langkah awal yang harus kita terapkan agar anak tertarik untuk mendengarkan kisah-kisah?

Jawaban:
Pertama, batasi dulu nonton youtube nya. Baik batasi waktu maupun konten. Dalam konten arahkan pada yang bermanfaat dan menambah wawasan, jangan hanya nonton hiburan.

Kedua, di saat anak menjelang tidur kan tidak mungkin mereka masih nonton youtube, nah, di saat itu kita mendongeng, membacakan kisah dan buku. Saya duga anak yang suka nonton youtube lebih sulit diajak mendengar kisah karena otaknya terbiasa disodorkan bahasa visual yang memanjakan. Sementara mendengarkan kisah, otak bekerja lebih keras karena harus membayangkan adegannya. Sebenarnya ini bagus untuk melatih otak untuk lebih tajam dalam berimajinasi.

Karena itu membatasi youtube adalah hal yang wajib dilakukan. Salah satu cara menarik anak dari kebanyakan menonton youtube adalah dengan mengajak mereka beraktivitas fisik: olah raga, membuat prakarya, membuat seni, jalan-jalan, kemping dsb. Gunakan juga waktu dalam perjalanan untuk menyampaikan kisah-kisah singkat yang menarik.

▶️Grup 15
Pertanyaan :
Assalamualaikumm wr wb..
Sebelumnya ijinkan saya memperkenalkan diri.. πŸ™
Nama saya pelangi berasal dari cirebon.. saya memiliki 2 anak balita, yang satu berusia 5th dan yang satu lagi berusia 2th..

Yang ingin saya tanyakan disini yaitu bagaimana menyikapi kedua puteri saya yg sering sekali berantem terutama berebut mainan.. karena saya sering dilema terkait pola asuh agar mereka tidak berebut..apakah lebih baik dibelikan mainan yg sama agar mereka tdk berebut lg.. ataukah tegas kpd mereka utk mengajarkan saling berbagi..karena jujur, sangat tidak mudah mengajarkannya..yg saya takutkan itu adalah dalam diri mereka akan timbul rasa egois utk tdk mau saling mengalah dan berbagi dg sesama.. akan tetapi kalau tdk memiliki masing2 mainan yg diperebutkan, yaitu yg td saya ceritakan sebelumnya bahwa mereka selalu berantem berebutan.. 

Menurut materi yg sudah saya simak tadi, salah satu caranya yaitu dg cara bercerita tentang kisah Islami.. kira-kira, contoh kisah siapa dalam Islami yg sangat cocok utk diceritakan kpd anak saya terkait dg permasalahan yg saya hadapi? Dan mengajarkan karakter melalui sebuah kisah dapat diterima anak mulai dari usia berapa tahun?

Sekian pertanyaan dari saya.. sebelumnya saya mohon dimaafkan apabila ada kekhilafan dan tdk lupa saya ucapkan banyak terimakasih..

Jawaban:
Agar anak tidak berantem, usahakan lebih banyak memberi perhatian dan berkomunikasi dengan mereka. Baik satu per satu maupun berdua. Nah, bercerita bertiga atau berempat ditambah ayah akan memberi kedua hal ini: perhatian dan komunikasi yang diperlukan anak.

Anak-anak juga harus sering dipeluk agar mereka merasa aman dan diperhatikan. Anak-anak juga diajak main bersama dengan bunda sebagai awalan untuk nantinya bisa main bersama.

Harus diingat juga: adik masih 2 th, karakternya masih egosentris, jadi masih suka memiliki segala sesuatu sebagai miliknya sendiri. Insyaa Allah nanti sifatnya akan berubah kok, Bunda tinggal usahakan terus memberinya rasa nyaman berupa pelukan dan kata-kata hangat.

Cari kisah-kisah yang fokusnya pada persaudaraan, persahabatan, rasa sayang sesama, berkorban untuk mereka yang lebih lemah dll. Mengenai kecocokan dengan usia, sesuaikan dengan waktu bercerita dan sederhanakan isinya. Maksudnya: untuk anak yang lebih kecil waktu berceritanya lebih singkat dan isinya lebih sederhana dibanding buat anak-anak yang lebih besar.

Kesimpulannya: dongeng bisa dijadikan media keakraban bersama yang insyaa Allah akan mengurangi clash (walaupun seusia segitu masih wajar) dengan saudara, meski isi dongeng tidak selalu berhubungan dengan pesan agar tidak berantem.

▶️ Grup 17
Pertanyaan : Bunda Endah
Assalamualaikum...Kak Eka mau tanya
Saya punya anak yang selisih usia 4 tahun.dia senang sekali mendengarkan cerita.jika sedang nangis pun kalau saya bercerita langsung diam dan ikut bercerita juga sesuai versinya.Yang mau saya tanyakan bagaimana cara membimbing anak agar mengajarkan akhlak lewat cerita?

Jawaban:
Wa’alaikum salam warohmatullooh...
Saya senang sekali dengan respon Ananda dan pendidikan Bunda. Alhamdulillah, baarakallooh.

Menanam akhlaq lewat cerita adalah dengan mencarikan ia kisah-kisah akhlaq mulia. Kisah-kisah yang mengutamakan kejujuran, rasa hormat, keberanian, kebencian pada kejahatan, memihak kebenaran, belas kasih dan seterusnya.

Kisah-kisah ini akan masuk ke alam bawah sadar anak sebagai fondasi karakter. Nanti fondasi itu tumbuh keluar kesadaran dan membentuk anak berperilaku sesuai fondasinya itu. bila yang ditanam adalah kejujuran, maka perilakunya pun akan jujur, demikian seterusnya. Insyaa Allah...

▶️ Group 19
Pertanyaan: Bu Yuliana
Masyaallah,bisa bersua dgn kak eka lewat grup ini.Smg ilmu kak eka smkn berkah.aamiin.Saya bertanya,bagaimana kisah hidup kak eka dulu bisa menjadi sosok hebat dan sukses (bisa menulis dlm 490 an buku) sekarang ini?

Jawaban:
Hehe... Aamiiin. Terima kasih Bunda. Semoga Bunda pun mendapat keberkahan dari apa yang Bunda doakan kepada orang lain. Aamiiin.

Ah, riwayat hidup saya tidak menarik, Bunda. intinya hanya begini: saya sering dibelikan dan dibacakan dongeng serta buku cerita lain (termasuk secara rutin tiap minggu dibelikan majalah anak-anak). Sehingga saya banyak termotivasi dari kisah yang saya baca dan dengarkan. Gitu aja deh. Hehe...

▶️ Grup 20 
Pertanyaan : Bp Haryanto 
Apakah ada metode strategi/teknik bercerita buat pemula (dan ortu dgn karakter pendiam)?

Jawaban:
Cara sederhananya adalah dengan membacakan buku (reading aloud).

Meskipun demikian, sedikit demi sedikit usahakan pula lebih berinteraksi. Maksudnya agar anak terlibat dengan bertanya, memajukan pendapat, mengusulkan ide bahkan bercerita menurut versinya sendiri. Nah, ini akan membantu orangtua yang pendiam karena anak jadi ikutan bercerita.

Kelebihan orang pendiam biasanya adalah mampu mendengarkan orang lain dengan baik. Nah, gunakan kekuatan ini. Saat anak bercerita, dengarkan dengan penuh perhatian lalu berikan respon anak untuk terus mengolah ceritanya, misalnya: “Terus bagaimana?”, “Wah, bagaimana kalau ia melakukan niatnya itu?” dsb.

Menjadi pendiam bukan keterbatasan, tetapi potensi. Bila orang pendiam mau keluar dari rasa nyaman dan mencoba lebih banyak sharing ide dengan bicara di depan orang lain, meski awalnya sulit, percaya deh kualitas bicaranya biasanya bagus-bagus karena mereka berpikir dulu sebelum bicara.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sharing Session TD23 : SLEEP TRAINING