9 Cara Asyik Toilet Training Si Kecil Bersama Bunda Titis Alit Triyani, M.Psi.T

Toilet training adalah kemandirian dasar yang merupakan kebutuhan manusia untuk BAK/BAB ditempat semestinya (Morrison, 2012).

Kemandirian ini tidak bisa dikuasai secara instan, tetapi dikuasai dengan latihan secara bertahap.

- Toilet training adalah salah satu kemandirian paling dasar yang harus dimiliki anak (self-help) 
- Menjaga kelestarian lingkungan hidup
- Memaksimalkan perkembangan anak sehingga tidak terhambat

Studi kasus ini berdasarkan penemuan masalah di lapangan, sebut saja ananda Xy. Ananda Xy telah masuk Kelompok Besar (TK B) tetapi masih menggunakan diapers sehari-hari bahkan ke sekolah. Ananda Xy pun menggunakan diapers yang diperuntukan untuk orangtua, karena diapers anak ukuran XXL sudah tak muat lagi. 

Penelusuran pun dilakukan, terdapat beberapa alasan mengapa ananda Xy masih menggunakan diapers, yaitu:
1) Ananda Xy mengalami kemunduran kemandirian yang disebabkan oleh perceraian orangtua, sehingga dari awalnya sudah tidak lagi memakai diapers menjadi memakai diapers kembali.

2) Ananda Xy sehari-hari diasuh oleh neneknya yang membiarkan ananda Xy memakai diapers agar tidak repot, karena ibunda nya bekerja dari hari senin-sabtu.

3) Ananda Xy pernah meminta untuk tidak lagi memakai diapers, tetapi ibunda merasa repot jika harus melatih lagi ananda Xy untuk ke toilet sendiri, dan menganggap bahwa pemakaian diapers untuk anak usia 5th merupakan hal yang wajar/sepele.

Apakah benar pemakaian diapers sampai usia sekolah tidak menimbulkan dampak negatif bagi anak? Berikut dampak negatif dari penggunaan diapers yang terlalu lama bagi perkembangan anak:

√ Kesehatan fisik : tidak dapat berlari dengan nyaman dan bebas, tidak terjaganya kebersihan sehingga bisa menimbulkan penyakit (seperti: ruam merah pada pantat anak yang menimbulkan gatal disertai dengan bau tak sedap jika muncul jamur, iritasi pada selangkangan bahkan alat kelamin), serta kesulitan untuk mengontrol buang air. 

√ Sosial : terhambatnya penyusuaian diri anak terhadap lingkungan karena tidak dapat mengurus dirinya sendiri (self-help), dan mendapatkan ejekan dari teman sebaya. 

√ Emosi : malu dan tidak percaya diri karena ketidakmampuan dalam mengurus dirinya sendiri. 

√ Lingkungan : polusi tanah, air dan udara akibat sampah diapers yang sulit di daur ulang.

Dari uraian kasus di atas dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan toilet training anak.

Semua anggota keluarga / pengasuh yang terlibat langsung dengan anak.

Toilet training bisa dilakukan mulai usia 1-3 tahun, karena pada usia ini mulai berkembang fase otonomi dimana anak merasa bisa melakukan semuanya sendiri dan merasa senang jika berhasil melakukannya (Morrison,  2012). Toilet training hanya tentang pembiasaan bagi anak sehingga bisa dilakukan sedini mungkin.

Bu ibu yang punya anak usia 1-3 tahun pasti pernah mengalami bahwa anaknya terlihat "sombong" karena ingin melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orangtua. Misalnya: masih merangkak tetapi sukanya naik tangga, belum bisa jalan tetapi engga mau dipegangin, jalan belum seimbang tetapi maunya berlari, makan masih berantakan tetapi mau suap sendiri, belum bisa pakai baju tetapi kekeuh mau mau pakai baju sendiri, dsb. Nah disinilah fase otonomi anak mulai berkembang, dan sebaiknya kita memfasilitasi karena jika tidak difasilitasi akan menghambat inisiatif anak dalam mengembangkan kemandiriannya.

Ciri-ciri:
√ Mulai menunjukkan gejala risih jika BAK di celana.

√ Mulai mengenal BAK/BAB bahkan memberitahukan walaupun sudah terlanjur di celana. 

√ Mulai mengenal fungsi toilet, dan tidak takut ke toilet. 

√ Sudah bisa berjalan dengan mantap untuk ke toilet secara mandiri.

Ciri-ciri:
√ Mempersiapkan diri untuk mencuci lebih banyak celana dalam yang terkena BAK/BAB.

√ Konsisten dan komitmen saat melakukan toilet training, jadi apapun situasi dan kondisi tetap melakukan toilet training. 

√ Memanajemen emosi saat anak "kebablasan" BAK/BAB di celana, seperti marah atau berkata kasar. 

√ Tidak memberikan hukuman fisik kepada anak.

Faktor internal adalah dorongan yang berasal dari dalam diri anak, seperti:
- Kesiapan anak
- Rasa nyaman
- Keadaan emosi anak

Faktor eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri anak, seperti:
- Kesiapan orangtua/pengasuh
- Lingkungan,  misalnya tinggal bersama kakek-nenek berarti kakek-nenek juga harus memiliki kesiapan melakukan toilet training cucunya.


Jika konsistensi dan komitmen ini dilanggar pada percobaan pertama, maka akan lebih sulit melakukan toilet training kepada anak untuk percobaan kedua dan selanjutnya. Jadi jika sudah memutuskan untuk melakukan toilet training maka tidak ada alasan untuk mundur kebelakang.

Catatan:
Lebih sulit bukan berarti tidak bisa, tetapi hanya butuh usaha yang lebih keras dari biasanya

1) Mengenalkan toilet sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk BAK/BAB. Bisa dengan membacakan buku tentang toilet training, mengajak anak melihat toilet, bahkan orangtua bisa mencontohkannya secara langsung (catatan: dilakukan oleh orangtua yang sama jenis kelaminnya dengan anak). 

2) Sounding kepada anak jika ia akan mulai BAK/BAB di toilet, jadi tidak lagi menggunakan diapers. Bicarakan tenggat waktunya, misalnya: sebulan lagi ya de, seminggu lagi ya de, dan besok kita mulai ya de. 

3) Gunakan celana khusus toilet training agar saat BAK/BAB tidak berceceran. Ini sangat bermanfaat terutama untuk yang beragama islam karena ada kewajiban untuk solat. 

4) Ajak anak ke toilet setiap 1-2 jam sekali walaupun anak terlihat tidak ingin BAK/BAB. Saat awal biasanya akan terjadi penolakan, dan tidak perlu dipaksakan. Tetapi orangtua jangan menyerah untuk terus mengajak ya. 

5) Jangan marahi anak apalagi berkata-kata kasar bahkan memukul apabila anak kebablasan buang air di celana, karena ini bisa menimbulkan trauma. Terutama saat awal-awal anak melakukan toilet training. 

6) Berikan pujian (seperti: wah hebat sudah bisa pipis di toilet, dsb) atau sekedar TOS.

Individual Differences

QnA.....

Pertanyaan ke-1
Sejak usia berapa bulan/taun anak harus di ajarkan toler training? Sedini mungkin itu kisaran berapa bulan? Bisakah dari 6bulan atau sebelum bayi berjalan?

Terima kasih bunda atas pertanyaannya 😊 Kalau untuk anak dibawah usia 1th bisa dimulai dengan pembiasaan merasakan risih. Jadi memang sebaiknya tidak dibiasakan dipakaikan diapers, sehingga anak nantinya akan lebih peka terhadap sesuatu yang keluar dari tubuhnya.

Pertanyaan ke-2
Bagaimana melakukan toilet training di luar rumah, atau sedang bepergian agar anak nyaman dan aman.

Terima kasih pertanyaannya bunda 😊 Sebaiknya jika ingin berpergian jauh, anak di sounding terlebih dahulu "Ka, besok kita mau pergi jauh. Lamaaa diperjalanan. Jadi nanti kita akan selalu mampir ke rest area untuk BAK/BAB di toilet ya. Kakak kan sekarang sudah hebat karena engga pakai diapers lagi"

Dan 5 menit sebelum berangkat jangan lupa minta anak untuk BAK/BAB terlebih dahulu.

Sebaiknya saat sudah komitmen untuk melakukan toilet training, berarti sudah siap dengan segala resikonya.

Pertanyaan ke-3
Gmn ya kata2 yg pas utk sounding ke anak dlm proses toilet training ? peralatan apa saja yg d perlukan dlm proses toilet training?

Terima kasih pertanyaannya bun 😊 Dulu awal memulai toilet training yang saya ucapkan ke anak-anak "Kakak/Ade sekarang sudah hebat dan besar ya. Sudah bisa makan sendiri, pakai baju sendiri, gimana kalau mulai hari Sabtu besok BAK/BAB nya di toilet jadi engga pakai diapers. Mama temenin kok kalau kakak/ade masih mau ditemenin mama". Biasanya saya juga ajak diskusi tentang enaknya engga pakai diapers 😊

Dan saya menyiapkan celana toilet training yang banyak, karena supaya saat anak "kebablasan" BAK/BAB tidak berceceran kemana-mana. Juga potty-training karena closet duduknya terlalu besar untuk anak. Dan tentunya stok kesabaran yg banyak 😅
Semacam ini model potty-training nya

Pertanyaan ke-4
Saya sudah mencoba toilet training selama 3bulan dan blm menunjukkan hasil, apakah ini masih wajar? terkadang bilang pipis setelah training pants nya basah, terkadang basah sekalipun dia tidak mau bilang dan tetap asyik bermain. Coba per 1-2jam diajak ke toilet pun sudah, tapi selalu tidak mau pipis namun setelah dipakaikan celana kembali jarak sebentar pasti basah. 
Akhir-akhir ini saya merasa lelah, sehingga sering marah bahkan mencubit sampai anak menangis ketika ngompol di celana, anaknya usia 2,5th

Terima kasih pertanyaannya bunda 😊 Sebenarnya masih wajar apalagi usianya baru 2.5th. Dan memang kalau anak asyik bermain biasanya lebih cuek dengan hal-hal lainnya.

Boleh sediain mainan yg anak sukai di toilet bun (yg tidak rusak kalau terkena air). Jadi tetap ajak anak setiap 1-2 jam ke toilet untuk pipis sambil bermain & mengobrol supaya tidak tegang, karena kalau tegang kan kita juga biasanya susah untuk pipis, dan bisa juga dirangsang dengan menyiramkan air ke kemaluannya.
Sebaiknya hindari mencubit anak supaya meminimalisir trauma ya bun 😊 karena kalau seperti itu malah bisa lebih panjang latihan toilet trainingnya 

Waktu yg dibutuhkan anak untuk lulus toilet training tergantung dari anak & lingkungannya bun 😊

Anak pertama saya membutuhkan waktu 6 bulan utk lulus BAK dan 1 tahun utk lulus BAB krn ketidaksepahaman saya dgn orangtua. Tetapi anak kedua saya lulus 1 bulan utk BAK &  3 bulan untuk BAB.

Pertanyaan ke-5
Anak saya umur 5th laki2 kalau pipis sudah dikamar mandi sendiri sejak 3 tahun. Tapi untuk bab nya sampai sekarang masih belum bahkan dia bukan tidak bisa bab, tapi dia tidak mau mengeluarkan tinja nya, alias ditahan hingga berhari-hari bahkan saat ini waktu terlama dia menahan pup nya hingga 20hari. Selama menunggu itu, dia hanya pup di celana hanya berupa noda saja di celana nya. Saya yakin hal tersebut karena saat saya memberikan mikrolax (anjuran dokter) dia sekuat tenaga menahan rasa mulas hingga keringat dingin sampai berhasil, tak ada yg dikeluarkan kecuali cairan mikrolax itu sendiri .
Permasalahan awal adalah akibat dari alergi susu sapi yg sejak usia 1 th membuat pupnya keras hingga memerlukan waktu yg lama diam di toilet hingga tinja keluar (Berjam jam, dgn mules yg hilang timbul), akhirnya pengasuh (kake Nene, termasuk saya saat libur kerja) membiarkan keinginan dia pup d Pampers / celana . Saya berfikir , alergi susu nya lambat laun akan hilang, tp ternyata sampai saat ini masih seperti itu. (Sudah mengikuti anjuran dokter). 
 bagaimana cara saya kembali mengajak dia pelan2 untuk mau mengeluarkan pupnya, terutama d wc. 
Sedangkan dia sekarang selalu ingin kebalikan dari apa yg saya ucapkan walaupun dg kalimat positif tanpa amarah

Haaii bun.. Coba ajak anak ngobrol santai sambil tidur-tiduran atau pelukan. Bunda boleh mengutarakan ke khawatiran bunda tentang dampak negatif menahan BAB, dan tanyakan perasaannya kenapa sampai harus menahan. Kalau perlu boleh tonton video tentang efek konstipasi di youtube. Lalu ajak anak untuk berdiskusi.

Apakah ananda kalau dibolehkan BAB di celana/diapers lancar tiap hari? Kalau iya juga perlu diperbaiki mind setnya tentang BAB di toilet karena mungkin ada rasa traumatis pengalamannya yg tidak menyenangkan saat kecil.

Dan jika memang tidak alergi tidak perlu minum susu sapi lagi bun 😊 karena susu hanya pelengkap gizi jadi bukan asupan pokok.

Pertanyaan ke-6
Bagaimana kalo misal nya kita sudah mulai memperkenalkan dan menjalankan toilet training pada anak tapi di pada saat kondisi tertentu katakanlah misal nya sedang dalam perjalanan yang lumayan macet jauh dari toilet umum tapi si anak tiba tiba ingin BAK / BAB nah apa yg seharusnya kita lakukan? Apa untuk pemula masi tetep harus bawa stok pempes dulu atau gimana baik nya? Terimakasih..hehehe

Terima kasih pertanyaannya bun 😊 Ini emang dilema banget untuk mengajak anak berpergian jauh saat toilet training ya 😅

Sebaiknya memang diperkirakan jarak tempuhnya dari rumah ke tempat tujuan, biasanya dgn GPS bisa ketahuan macet atau tidak. Cari juga berapa jumlah rest area sepanjang perjalanan, hal ini untuk disesuaikan dengan jadwal rata-rata berapa jam sekali anak ke toilet.

Tetapi kalau memang persiapan tsb masih "kecolongan" juga anak mau BAK ditengah jalan, maka boleh bicarakan kepada anak "Ka, ini kondisi darurat jadi kakak boleh BAK di diapers. Tetapi hanya untuk kali ini aja ya. Janji?" 
Kata-kata ini penting untuk memberitahu anak bahwa diapers adalah penyelesaian paling akhir.

Waktu itu anak saya jg pernah begini, tetapi karena laki-laki sama papanya disuruh pipis di botol. Karena anaknya jijian, semenjak kejadian itu selalu minta ke rest area sebelum kebelet pipis 😅

Pertanyaan ke-7
Assalamualaikum Bund Titis yg luar biasa dengan materi yg luar biasa pula,
Saya Novi ibu dari 2 orang batita,
anak pertama usia 31 bulan
anak kedua 14 bulan,
Saya mau menanyakan tentang, kenapa anak masih sering "keenakan" ketika pergi saya pakaikan diapers lagi dan dia tidak mau bilang ketika BAB terutama,padahal keseharian nya selalu bilang ketika BAK dan BAB, apakah berarti toilet training anak pertama sy gagal?

Pertanyaan kedua, kapan diapers diwaktu malam bisa dilepas bunda, bagaimana caranya toilet training malam hari,
Terima kasih,

Salam kenal bunda novi yang luar biasa jg 😊 Sebaiknya memang jika sudah memulai toilet training konsisten melakukannya disepanjang waktu. Karena dulunya anak memang terbiasa BAK/BAB di diapers, maka saat dipakaikan diapers lagi akan menjadi suatu "sinyal" otomatis untuk BAK/BAB di diapers bun.

Ngompol di malam hari memang masih menjadi momok untuk latihan toilet ya.

Boleh dilakukan sounding untuk bangun di malam hari "kakak nanti mama bangunin ya biar engga ngompol, terus boleh lanjut bobo lagi kalau sudah pipis di kamar mandi". Jadi anak tidak kaget jika tetiba dibangunkan.

Saat bangun malam anak boleh dipuji saat BAK di kamar mandi "wah kakak hebat ya mau bangun malam untuk pipis di kamar mandi, nanti kalau berasa mau pipis lagi boleh bangunin bunda ya" sambil usap kepalanya atau dipeluk.

Dan usahakan tidak minum air 1 jam sebelum tidur malam ya 😊 Dan ajak BAK dl di kamar mandi sebelum tidur malam.

Jika menggunakan AC boleh dinaikan suhunya karena suhu dingin membuat kita jd selalu ingin BAK.

Semangaatt membersamai anak melakukan toilet training ya mba 💪😊

Pertanyaan ke-8
Anak saya 15 bulan mau 16 bulan, saya ajari tidak pakai diapers selama 2 hari di siang hari saja dan saya sounding kalo pipis di toilet ya, dia alhamdulillah sudah paham apa yg saya katakan. Dia langsung ke toilet tp malah pas tidak pipis. Dan selama 2 hari itu kecolongan 1x pipis di lantai, dan 1x ngompol pas tidur. Apa bisa saya lanjutkan ke tahap toilet training atau perlu di sounding lagi ya bun? Oiya ini kondisi anak saya sudah bisa ke kamar mandi sendiri dan waktu pipis saya lepas celananya pipis dgn cara berdiri maunya, apakah perlu pakai alat potty taining itu ya bun? Ini skrg klo siang hari saya pakaikan clodi, clodi sudah sama seperti pakai training pants kah fungsinya bun? Terima kasih

Salam kenal bun 😊 MasyaAllah sudah keren itu mah. Kalau kecolongan 1x ataupun ngompol siang hari masih wajar bun. Lanjutkan saja toilet trainingnya. Sebaiknya sekalian diajarkan adab juga perlahan-lahan untuk BAK jongkok & setelah selesai BAK disiram dengan air. Karena pernah ada kejadian, anaknya sudah terbentuk bahwa BAK tidak perlu disiram, dan melatihnya jadi PR baru lagi.

Jangan lupa berikan penghargaan kepada anak berupa pujian atau TOS jg.

Clodi & training pants sama fungsinya untuk menahan BAK tidak berceceran, tetapi membuat anak risih.

Pertanyaan ke-9
Bagaimana yah mengajarkan anak untuk membersihkan diri setelah BAB/BAK ?
Dan apakah anak diajari untuk membersihkannya berbarengan saat TT atau setelah sukses TT yaah ?
Terimakasih bu..

Salam kenal 😊 Sebaiknya ajarkan sekalian bun, karena mengajarkan adab juga termasuk satu paket yg tak terpisahkan.

Jadi setelah anak BAK/BAB langsung dikasih tahu saja "Wah kakak sudah selesai, ayo di flush atau disiram BAKnya. Terus bersihkan kemaluannya ya". Karena anak saya sudah diajarkan sex edukasi sejak dini, sehingga mereka terbiasa membersihkan kemaluannya sendiri jadi saya hanya bagian menyiramkan air.

Kalau pas BAB saya biasanya minta maaf untuk memegang kemaluannya, dan di sounding tiap hari kalau tangannya sudah sampai memegang pantat maka mulai belajar untuk membersihkan BAB nya sendiri.

Pertanyaan ke-10
Bgmn mengajarkan toilet training pada malam hari?
Sebaiknya brp jam sekali dibangunkan? 
Dan apakah hrs menunggu toilet training di pagi-siang berhasil dulu, baru toilet training malam hari? Atau dilakukan bersamaan?

Salam kenal bun 😊
Sebaiknya memang dilakukan bersamaan, tetapi jika mau dilakukan terpisah juga tidak masalah.

Ini tantangan besar untuk latihan TT saat malam 😂

Anak memang harus dibangunkan saat malam krn biasanya untuk awal blm bisa refleks bangun sendiri untuk BAK di toilet.

Bunda bisa pantau jam-jam tertentu ananda BAK, jd boleh dibangunkan sebelum jadi ngompol 😊

Kalau ritme Zaid adalah jam 19.30 WIB (sebelum tidur), jam 22.30 - 23.00 WIB, dan jam 04.00 - 05.00 WIB. Jadi sekitar jadwal BAK nya : saya bangunkan, gendong (biar engga terlalu kaget) & ditemani masuk ke toilet tp tetap BAK sendiri.

Seiring bertambah usianya biasanya jadwalnya semakin panjang bun. Zaid sekarang usianya 5y 6m, dan jadwal dibangunkan BAK nya hanya jam 24.00 WIB saja

Tetapi tetap sebelum tidur harus BAK dulu. Dan usahakan untuk tidak banyak minum 1 jam sebelum tidur.

Melatih anak untuk menguasai kemandirian ini dirasakan semua ibu di dunia 😊 Jadi kita pasti bisa melewatinya bersama anak..

Hanya perlu siapkan amunisi sabar yang banyak, dan tentunya konsisten ya bun.

Semangat membersamai anak ya ❤️








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sharing Session TD23 : SLEEP TRAINING